50 Persen Remaja dan Dewasa Muda Berkontribusi pada Kasus Infeksi Menular Seksual Baru

Anna Maria Anggita - Kamis, 23 November 2023
50 persen dewasa muda dan remaja berkontribusi pada kasus infeksi menular seksual.
50 persen dewasa muda dan remaja berkontribusi pada kasus infeksi menular seksual. Liudmila Chernetska

Parapuan.co - Infeksi menular seksual jadi salah satu kondisi medis yang cukup mengkhawatirkan.

Mengejutkannya lagi dalam acara "Waspada Serangan Gatal pada Kalangan Gen Z" oleh Klinik Pramudia di Hotel Des Indes Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu (22/11/2023), dr. Eko Prakoso Wibowo, Sp.DV, Spesialis Dermatologi Venereologi Klinik Pramudia menyatakan orang muda berkontribusi besar terhadap kasus infeksi menular seksual baru.

"Usia dewasa muda dan remaja (15-24 tahun) memberikan kontribusi hampir 50 persen dari semua kasus IMS baru," ujar dr. Eko.

Menurut dr. Eko, kasus IMS baru yang dialami oleh usia dewasa muda dan remaja yakni, kondiloma akuminata, gonorea, serta sifilis.

Kondiloma akuminata merupakan kutil kelamin seperti bunga kol yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).

Kemudian, ada gonorea yakni penyakit menular seksual, tandanya yakni munculnya nanah pada urine, biasa disebut kencing nanah.

Selanjutnya, sifilis atau raja singa merupakan penyakit menular seksual yang tanda awalnya muncul luka di kelamin, mulut, atau dubur, kondisi ini disebabkan oleh bakteri treponema pallidum.

"Semua karena hubungan seksual, oral seks, anal. Semuanya bisa jadi penyebabnya" terang dr. Eko.

Pengobatan IMS pada Dewasa Muda dan Remaja

Baca Juga: Bagaimana Bisa Tahu Jika Mengidap HIV? Kenali Gejala Awalnya yang Mirip Flu

Dokter Eko berpesan agar penyakit menular seksual tersebut sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter untuk mendapat penanganan yang tepat.

Ia menjelaskan untuk gonore dan sifilis bisa diobati dengan antibiotik sesuai dengan masing-masing penyebabnya, pengobatan dilakukan oleh dokter.

Sedangkan kondiloma akuminata dilakukan dengan dekstruksi kutil dengan kauter dan tutul TCA.

Sayangnya, ada tantangan pengobatan yang mungkin dilakukan oleh pasien sendiri.

Misalnya pasien malu dan tak terbuka dengan kondisi sendiri karena sering melakukan hubungan seksual berisiko.

Tak hanya itu saja, menurut dr. Eko, pengidap IMS bahkan mencari tahu sendiri mengenai kondisinya dari internet, dan melakukan pengobatan mandiri, padahal belum tentu tepat.

Lebih buruknya lagi, jika tidak diobati, maka pengidap penyakit menular seksual pun bisa menularkan kondisinya ke pasangan.

Oleh sebab itu, dr. Eko berpesan jika mengalami suatu kondisi yang dirasa janggal sebaiknya segera memeriksakan diri dan jangan takut karena privasi pasien terjaga.

Baca Juga: Viral di TikTok, Ini Bahaya Sifilis selama Kehamilan yang Bisa Ancam Bayi

(*) 

Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa