Susah Punya Anak, Ini Tanda dan Penyebab Infertilitas pada Perempuan

Maharani Kusuma Daruwati - Selasa, 14 November 2023
Mengenal tanda dan penyebab infertilitas pada perempuan
Mengenal tanda dan penyebab infertilitas pada perempuan photokool

Parapuan.co - Kawan Puan, setiap pasangan pasti ingin memiliki keturunan dan diberikan momongan.

Namun, tak semua perempuan serta merta bisa langsung diberikan anugerah untuk hamil setelah menikah.

Ada yang langsung hamil setelah menikah, ada yang harus menunggu satu sampai dua tahun, bahkan ada yang harus menunggu belasan tahun untuk diberikan anak.

Hal ini bisa jadi karena pasangan mengalami infertilitas, baik dari suami ataupun istri.

Infertilitas didefinisikan sebagai upaya untuk hamil melalui hubungan seks yang sering dan tanpa kondom selama setidaknya satu tahun tanpa hasil.

Infertilitas disebabkan oleh faktor perempuan sekitar sepertiganya, dan faktor perempuan dan laki-laki sekitar sepertiganya. Penyebabnya tidak diketahui atau kombinasi faktor pria dan wanita pada kasus lainnya.

Penyebab infertilitas pada perempuan sulit untuk didiagnosis. Ada banyak pengobatan, tergantung penyebab infertilitas. Banyak pasangan tidak subur yang terus mengandung anak tanpa pengobatan.

Gejala Infertilitas pada Perempuan

Mengutip dari Mayo Clinic, gejala utama infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil.

Baca Juga: 6 Mitos Kesuburan yang Sering Disalahpahami, Pakar Ungkap Faktanya!

Siklus menstruasi yang terlalu panjang (35 hari atau lebih), terlalu pendek (kurang dari 21 hari), tidak teratur atau tidak ada bisa berarti kamu tidak berovulasi. Mungkin tidak ada tanda atau gejala lain.

Mengutip dari WebMD, berikut ini tanda-tanda potensi infertilitas pada perempuan:

Pada perempuan, perubahan siklus menstruasi dan ovulasi mungkin merupakan gejala penyakit yang berhubungan dengan infertilitas. Gejalanya meliputi:

  • Periode haid tidak normal. Pendarahan lebih berat atau lebih ringan dari biasanya.
  • Haid tidak teratur Jumlah hari di antara setiap periode bervariasi setiap bulannya.
  • Tidak ada periode. Kamu belum pernah menstruasi, atau menstruasi tiba-tiba berhenti.
  • Periode haid yang menyakitkan. Sakit punggung, nyeri panggul, dan kram mungkin terjadi. 

Terkadang, infertilitas pada perempuan disebabkan oleh masalah hormon. Dalam hal ini, gejalanya juga bisa meliputi:

  • Perubahan kulit, termasuk lebih banyak jerawat
  • Perubahan dorongan dan hasrat seksual
  • Pertumbuhan rambut gelap di bibir, dada, dan dagu
  • Rambut rontok atau rambut menipis
  • Pertambahan berat badan

Gejala kelainan lain yang dapat menyebabkan infertilitas meliputi:

  • Keluarnya cairan berwarna putih susu dari puting yang tidak berhubungan dengan menyusui
  • Nyeri saat berhubungan seks.

Banyak hal lain yang bisa dikaitkan dengan infertilitas pada perempuan, dan gejalanya berbeda-beda.

Apa Penyebab Masalah Kesuburan pada Perempuan?

Alasan utama ketidaksuburan pada perempuan adalah tidak berovulasi, yang berarti indung telur tidak melepaskan sel telur. Suatu kondisi yang disebut sindrom ovarium polikistik menjadi penyebab utamanya.

Baca Juga: Jika Ingin Lakukan Inseminasi Buatan, Perhatikan Saran Dokter Ini

Masalah lain yang dapat memengaruhi kesuburan:

  • Masalah pada saluran tuba, yang membawa sel telur dari ovarium ke rahim. Terkadang saluran tuba tersumbat oleh jaringan parut akibat infeksi atau kondisi yang disebut endometriosis.
  • Merokok dapat menyebabkan masalah kesuburan pada perempuan.
  • Kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan juga bisa berperan.
  • Jika sel telur berhasil melewati saluran tuba, banyak hal yang dapat mencegah sel telur tersebut tertanam di dalam rahim.
  • Lendir serviks dapat merusak sperma atau memperlambat perkembangannya.

Pada perempuan, kesuburan menurun seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 35 tahun. Jarang hamil setelah usia 45 tahun.

Bicara soal infertilitas, Meutya Hafid, mantan jurnalis dan salah seorang politisi perempuan, baru saja merilis buku terbarunya yang berjudul "LYORA: Keajaiban yang Dinanti". Buku ini mengisahkan perjalanan pribadinya yang mengharukan ketika ia mengandung putrinya, Lyora, setelah 10 kali percobaan bayi tabung. Dalam bukunya, dengan jujur ​​Meutya menceritakan tantangan yang dihadapinya bersama sang suami, Noer Fajrieansyah.

Ia juga membagikan perasaan putus asa yang mengiringi setiap upaya bayi tabung yang gagal. Sebagai pejuang dua garis biru, ia juga menyampaikan pesan penting bahwa infertilitas adalah suatu masalah kesehatan yang serius, dan setiap pasangan berhak mendapatkan dukungan dan akses terhadap perawatan yang diperlukan.

“Masalah fertilitas atau kesuburan hingga saat ini belum termasuk masalah kesehatan yang ditanggung atau dibantu oleh Pemerintah, padahal infertilitas secara resmi telah diakui sebagai penyakit oleh WHO, dan kesehatan reproduksi merupakan hak setiap warga negara. Dengan demikian, sudah seharusnya negara seharusnya hadir untuk mendukung pengobatan infertilitas,” ungkap Meutya, seperti dikutip dari rilis yang diterima PARAPUAN.

Menurut Dr. dr. Ivan R. Sini, GDRM MMIS FRANZCOG Sp.OG., selaku CEO Morula IVF Indonesia, saat ini terdapat 4,8 juta perempuan yang sedang berjuang menghadapi infertilitas.

Dalam konteks ini, Meutya menekankan pentingnya pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit. Dengan pengakuan ini, diharapkan akan ada lebih banyak perhatian dan pemahaman yang diberikan kepada pasangan infertil.

Selain itu, Meutya juga menyoroti bahwa kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia yang harus dijamin oleh negara. Ia percaya bahwa pasangan yang sulit mendapatkan keturunan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perawatan dan dukungan dari pemerintah.

“Pada saat saya berumur 37 tahun menjalani program bayi tabung IVF, sempat mengalami 3 kali hamil, tetapi keguguran dikarenakan janin dan embrio tidak berkembang dengan baik. Alhamdulillah, saya berhasil hamil pada usia 44 tahun dan dikarunia putri bernama Lyora Shaqueena Ansyah,” tuturnya.

Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Gluten Memengaruhi Kesuburan

Meutya Hafid, seorang politisi Partai Golkar dan Ketua Komisi I DPR, merilis buku terbarunya yang berjudul
Meutya Hafid, seorang politisi Partai Golkar dan Ketua Komisi I DPR, merilis buku terbarunya yang berjudul Dok. Istimewa

Menurut Meutya, ada beberapa alasan mengapa pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit ini menjadi penting:

1. Akses ke Perawatan Medis yang Tepat

Dengan mengakui infertilitas sebagai penyakit, individu yang mengalami masalah kesuburan akan memiliki akses yang lebih baik ke perawatan medis yang tepat. Pengakuan ini dapat memastikan bahwa layanan kesehatan yang diperlukan, seperti diagnosis, pengobatan, dan perawatan reproduksi, tersedia dan dapat diakses dengan mudah.

2. Peningkatan Dukungan Psikologis

Infertilitas dapat memiliki dampak emosional yang signifikan pada individu dan pasangan yang mengalaminya. Pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit dapat membantu mengurangi stigma sosial dan meningkatkan dukungan psikologis bagi individu yang mengalami masalah kesuburan. Ini dapat melibatkan dukungan kelompok, konseling, dan sumber daya lainnya yang dapat membantu individu dan pasangan menghadapi tantangan emosional yang terkait dengan infertilitas.

3. Perlindungan Hukum dan Hak Individu

Pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit dapat memberikan perlindungan hukum dan hak-hak individu yang mengalami masalah kesuburan. Ini dapat mencakup hak untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat, perlindungan dari diskriminasi di tempat kerja atau dalam asuransi kesehatan, dan hak untuk mengadopsi atau mengakses teknologi reproduksi seperti In Vitro Fertilization (IVF).

4. Peningkatan Kesadaran dan Edukasi

Pengakuan resmi terhadap infertilitas sebagai penyakit dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang masalah kesuburan. Ini dapat mengurangi stigma dan kesalahpahaman yang terkait dengan infertilitas, serta meningkatkan pengetahuan tentang opsi perawatan dan dukungan yang tersedia bagi individu yang mengalami masalah kesuburan.

Buku "LYORA: Keajaiban yang Dinanti" tidak hanya menginspirasi dan memberikan harapan bagi pasangan yang sulit mendapatkan keturunan, tetapi juga menyoroti pentingnya perubahan dalam pendekatan masyarakat dan pemerintah terhadap infertilitas. Melalui bukunya, Meutya Hafid berharap untuk mengubah stigma dan sikap negatif yang masih sering terkait dengan masalah infertilitas. Ia ingin mendorong perubahan sosial yang lebih luas dalam pemahaman dan dukungan terhadap pasangan yang sulit mendapatkan keturunan.

Meutya juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama memperjuangkan hak-hak pasangan yang sulit mendapatkan keturunan. Dengan memperhatikan isu ini, pemerintah diharapkan dapat lebih aktif dalam menyediakan akses terhadap perawatan infertilitas dan mengakui pentingnya kesehatan reproduksi sebagai hak asasi manusia. Meutya berharap agar bukunya dapat menjadi sumber inspirasi dan pemahaman yang lebih baik tentang perjuangan pasangan yang sulit mendapatkan keturunan di Indonesia.

 Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Gluten Memengaruhi Kesuburan

(*)

Sumber: WebMD,Mayo Clinic
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati

BERITA TERPOPULER WELLNESS: Tips Wisata di Bangka Belitung hingga Tips Membekukan Ikan