Review Film Dear David, Polemik Fantasi Seksual Remaja Perempuan

Alessandra Langit - Selasa, 28 Februari 2023
Review film Dear David karya Lucky Kuswandi yang tayang di Netflix, tentang eksplorasi seksual remaja perempuan
Review film Dear David karya Lucky Kuswandi yang tayang di Netflix, tentang eksplorasi seksual remaja perempuan Yusuf Yudo/Netflix

Parapuan.co - Lucky Kuswandi bersama Netflix Indonesia membawa cerita soal fantasi seksual remaja perempuan dalam film Dear David.

Selama hampir sebulan penuh sejak tayangnya pada 9 Februari lalu, Dear David menjadi polemik di media sosial.

Pro kontra soal gagasan utama dan keputusan karakter-karakter dalam film Dear David membuka diskusi panjang soal dorongan seksual pada perempuan remaja.

Fantasi seksual remaja perempuan yang masih tabu dan memiliki batasan-batasan ketertarikan fisik yang menjurus ke pelecehan seksual.

Dear David menceritakan kehidupan Laras (Shenina Cinnamon), murid SMA pintar, berubah total ketika blog fantasinya yang provokatif tentang David (Emir Mahira) yang ia sukai bocor ke semua orang di sekolah.

David tahu bahwa penulisnya Laras dan berjanji tidak akan membocorkannya.

Imbalannya adalah Laras diminta untuk mendekatkan David dengan Dilla (Caitlin North Lewis), sahabatnya, yang dituduh oleh sekolah sebagai penulis fantasi yang menghebohkan itu.

Dilla tetap menolak tuduhan itu, meski ia dirundung oleh teman-temannya. Hubungan segitiga itu menjadi rumit dan ujian untuk persahabatan mereka.

Hak Seksualitas Perempuan Remaja

Baca Juga: Mencari Korban Sebenarnya dari Film Dear David yang Tayang di Netflix

Dari banyaknya isu penting yang diangkat oleh Dear David, problematika yang paling kencang digaungkan adalah hak perempuan remaja untuk memiliki fantasi seksual.

Saat menginjak usia pubertas, perempuan remaja mulai memiliki rasa penasaran dan hasrat seksual kepada lawan jenis.

Gambaran perempuan remaja yang memiliki hasrat seksual masih asing di layar film atau tayangan lainnya di Indonesia.

Maka, perayaan bahwa perempuan remaja boleh memiliki hak seksual yang sama dengan laki-laki dalam film Dear David menyalurkan empowerment yang kuat.

Karakter Laras yang terjebak dalam belenggu ajaran agama Kristen pun digambarkan memiliki kebebasan yang terbatas karena ketakutan melanggar agama.

Namun, perkembangan karakter Laras dalam film ini mampu menunjukkan bahwa karakter utama ini mampu mengambil alih hak seksualnya dari aturan agama yang mengikatnya.

Pidato terakhir Laras pun punya kekuatan yang besar untuk memantik kesadaran penonton terkait kesetaraan hak seksual antara perempuan dan laki-laki.

Pasalnya, selama ini adalah tabu bagi perempuan untuk memiliki hak seksual, sedangkan adalah prestasi bagi laki-laki untuk memiliki hingga mengekspresikan hak seksual mereka.

Narasi Laki-Laki sebagai Objek dan Mata-Mata Male Gaze

Baca Juga: 4 Fakta Menarik Film Dear David, Bisa Ditonton Hari Ini di Netflix

Sebagai film tentang perempuan, Dear David menjadikan laki-laki sebagai objek seksualitas, persis seperti film-film Indonesia yang menempatkan perempuan hanya sebagai "hiasan" selama ini.

Namun, jika gambar diambil dari kacamata maskulin, laki-laki atau disebut male gaze, apakah film Dear David masih dianggap pantas sebagai tayangan feminis?

Tubuh David dieksplorasi dengan penglihatan maskulin atau male gaze yang membuat karakter ini diobjektivikasi.

Mata penonton seakan-akan mengikuti mata-mata maskulin yang membiarkan kita untuk mengeksplor tubuh David dan membangun fantasi sendiri.

Gagasan male gaze tersebut membuat film Dear David terasa sangat maskulin walaupun dilihat dari mata karakter perempuan.

Keputusan Karakter yang Menjadi Polemik

Keputusan karakter David yang jatuh cinta dengan Laras, penulis blog fantasinya, menjadi polemik di media sosial.

Narasi-narasi standar ganda di film ini pun mulai ramai membanjiri media sosial.

Pasalnya, jika karakter korban, dalam kasus ini David, diganti sebagai perempuan, maka apa yang Laras lakukan sudah ramai dicap sebagai pelecehan seksual.

Terlepas dari gender ataupun standar ganda yang mungkin beberapa lapisan masyarakat temui, David dengan latar gangguan kesehatan mental dan trauma tertentu seharusnya tidak mudah untuk jatuh cinta dengan Laras, seseorang yang menjadikannya objek visual.

Film Dear David mengangkat begitu banyak isu di tengah remaja perempuan, terutama Gen Z.

Namun, dengan beban problematika sosial tersebut, isu-isu penting seperti apakah blog fantasi itu bentuk pelecehan seksual tak sepenuhnya mampu dieksplorasi.

Masih banyak pekerjaan rumah dari film Dear David yang meninggalkan kejanggalan di hati penonton.

Baca Juga: Shenina Cinnamon Diminta Bikin Kisah Fantasi untuk Perannya di Film Dear David

(*)