Sebabkan Polusi Plastik, Ini 5 Fakta Bahan Payet Rentan Merusak Lingkungan

Citra Narada Putri - Rabu, 28 Desember 2022
Bahan payet yang terbuat dari plastik ternyata rentan merusak lingkungan.
Bahan payet yang terbuat dari plastik ternyata rentan merusak lingkungan. Daria Sakharova/iStockphoto

"Tidak ada peraturan untuk ekspor limbah tekstil. Ekspor semacam itu disamarkan sebagai tekstil bekas dan dibuang di negara-negara miskin, di mana mereka berakhir di tempat pembuangan sampah atau saluran air, dan mencemari," katanya.

Bahkan menurut penjelasannya, di bawah Konvensi Basel pakaian tidak dilarang sebagai bahan bermasalah seperti jenis limbah lainnya, misalnya limbah elektronik atau plastik.

4. Proses Pembuatan Payet Menyisakan Limbah

Sebagai gambaran, saat membuat payet atau sequin, caranya adalah dengan melubangi lembaran plastik, yang mana biasanya ada sisa yang harus dibuang. 

"Beberapa tahun lalu, beberapa perusahaan mencoba membakar limbah di insinerator mereka. Dan itu menghasilkan asap beracun, dan dewan pengawas polusi negara mengetahuinya dan membuat perusahaan berhenti melakukan itu," kata Jignesh Jagani, pemilik pabrik tekstil di negara bagian Gujarat, India.

Disampaikan olehnya bahwa menangani limbah pakaian seperti payet memang sebuah tantangan.

Salah satu pengembang payet selulosa yang dapat dikomposkan, Elissa Brunato, mengatakan ia mulai dengan membuat lembaran bahan yang kemudian dipotong menjadi payet. Untuk menghindari masalah ini, dia beralih membuat payet dalam cetakan individual.

5. Payet Dilekatkan di Serat Sintetis

Payet umumnya akan dijahit atau dilekatkan pada bahan atau serat sintetis. Menurut Program Lingkungan PBB, sekitar 60 persen bahan yang dibuat menjadi pakaian adalah plastik, seperti poliester atau akrilik. 

Baca Juga: Jangan Disepelekan! Ini Dampak Fast Fashion dan Perilaku Konsumtif Pada Ancaman Limbah Pakaian

Ironisnya, setiap kali pakaian dicuci, mereka melepaskan serat mikroplastik kecil, yang akan masuk ke saluran air hingga berakhir di rantai makanan.

Menurut salah satu perkiraan dari International Union for Conservation of Nature, tekstil sintetis bertanggung jawab atas 35 persen serat mikro yang dilepaskan ke lautan.

George Harding dari Changing Markets Foundation, mengatakan penggunaan payet dan serat plastik oleh industri fesyen (berasal dari minyak atau gas) juga menunjukkan adanya ketergantungan yang mendalam pada industri bahan bakar fosil, untuk bahan baku.

Ia juga menambahkan bahwa produksi pakaian diperkirakan hampir dua kali lipat pada tahun 2030, dibandingkan dengan level tahun 2015. 

Hardiang memprediksi masalahnya kemungkinan besar hanya akan bertambah buruk tanpa intervensi yang signifikan.

(*)

Sumber: BBC
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

Kawan Puan Perlu Tahu Tips Memilih Sepatu untuk Perempuan Aktif ala Maria Selena