Ahli Ungkap 5 Cara Gen Alfa Menciptakan Tren Dunia Kerja di Masa Depan

Aulia Firafiroh - Selasa, 8 November 2022
Cara Gen Alfa Ubah Tren Dunia Kerja
Cara Gen Alfa Ubah Tren Dunia Kerja Edwin Tan

Parapuan.co- Kawan Puan mungkin sudah akrab dengan istilah berbagai generasi gen X, Y, milenial, dan Z.

Namun, apakah kamu tahu jika ada generasi baru yang bernama gen alfa?

Gen Alfa adalah generasi yang lahir pada tahun 2010 sampai 2024.

Menurut lembaga penelitian McCrindle, gen alfa disebut akan mengisi 11 persen dari tenaga kerja secara global pada 2030.

Gen alfa dipercaya akan membentuk masa depan dunia kerja dengan cara berbeda dari generasi sebelumnya.

Dari segi teknologi, gen alfa sangat gesit dalam berteknologi.  

Dalam rilis pers episode kedua #BincangHR berjudul Human Resources 5.0: Membangun SDM Masa Depan untuk Industri Padat Tenaga Kerja, Dr. Alex Denni (Presiden Komisaris wagely) membahas sejumlah langkah yang dapat dilakukan dalam mempersiapkan tempat kerja untuk gen alfa.

“Tidak pernah terlalu dini untuk mulai berpikir tentang Gen Alfa karena ini adalah kesempatan untuk meninjau dan menjelajahi strategi SDM yang akan memberi keunggulan bagi perusahaan dalam menarik dan mempertahankan generasi ini di kemudian hari,” ujar Dr. Alex Denni.

Gen alfa kemungkinan besar akan mulai mengisi dunia kerja pada 2028.

Baca juga: Ingin Menggaet Target Pasar Milenial, Ini 5 Ide Bisnis yang Bisa Kamu Terapkan

Agar lebih memahami bagaimana perusahaan dapat mendukung gen alfa, simak beberapa cara mereka menciptakan tren dunia kerja di masa depan:

1. Penerapan konsep Learning 5.1 di tempat kerja

Dalam buku Learning 5.1: Tiba Duluan Di Masa Depan, Dr. Alex Denni menjelaskan, karyawan di era Industri 5.0 termasuk Gen Alfa perlu memiliki mindset, skillset, dan toolset baru agar terus bertumbuh dan berkembang.

Ia menyarankan perusahaan agar menciptakan budaya learning di mana setiap karyawan mau belajar dan mengajar sambil bekerja sehingga tanpa sadar menjadi kompeten dalam mengerjakan tugas masing-masing. 

Konsep Learning 5.1 ini juga menghadirkan sebuah pola pikir baru bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dipelajari mengingat peran teknologi yang membuat akses pengetahuan semakin luas dan tak terbatas bagi gen alfa.

Konsep ini juga menjelaskan bahwa setiap orang adalah pembelajar sekaligus pengajar, sehingga arus pengetahuan tidak satu arah tetapi dua arah.  

2. Memanfaatkan teknologi dan metaverse untuk bekerja

Berbeda dengan generasi sebelumnya, gen alfa banyak belajar mengenai AI dan bahasa pemrograman sejak sekolah dasar.

Sejak kecil, gen alfa telah berurusan dengan teknologi yang memungkinkan mereka nyaman menggunakan metaverse untuk pelatihan.

Baca juga: Penuh Tantangan, Ini 3 Alasan Perusahaan Startup Menarik Bagi Milenial dan Gen Z 

3. Kesejahteraan di tempat kerja lebih diprioritaskan

Tumbuh di tengah pandemi, ketidakpastian ekonomi, dan tren kerja jarak jauh membuat kesejahteraan menjadi fokus utama gen alfa.

Hal itu dibuktikan dari studi Global Talent Trends 2022 dari Mercer yang mengungkap, program kesejahteraan termasuk dalam lima alasan teratas mengapa karyawan bertahan, sehingga perusahaan harus memastikan kesejahteraan karyawan secara emosional, fisik, sosial, dan finansial.

Data tersebut juga didukung oleh Survei Kesehatan Finansial yang dilakukan wagely kepada lebih dari 3.500 karyawan menunjukkan, 77,5 persen karyawan lebih betah di perusahaan karena adanya fasilitas kesejahteraan.  

4. Lebih inklusif

Saat gen alfa masuk ke dunia kerja, akan ada banyak keberagaman dalam posisi pimpinan.

Mereka percaya bahwa penting untuk memperlakukan semua orang secara setara tanpa memandang ras, suku, warna kulit, dan asal negara. 

5. Memiliki hasrat untuk menciptakan dampak positif

Bekerja dari mana saja juga akan menjadi norma baru bagi gen alfa.

Pasalnya, mereka bersekolah di masa pandemi secara online, sehingga transisi menuju kerja di mana saja akan lebih mudah.

Selain itu, gen alfa ingin bekerja untuk perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai yang mereka pegang.

Gen Alfa akan merasa puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan, apabila perusahaan memberikan dampak positif, terutama pada isu-isu utama yang menjadi perhatian mereka seperti perubahan iklim, inklusi keuangan, dan pemberdayaan perempuan.

(*)

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh