Terlebih, kostum reog itu juga dikolaborasikan dengan teknologi sehingga ada banyak sekali langkah-langkah berurutan yang perlu dikuasainya.
"Saya benar-benar harus bisa menyesuaikan desain dengan unsur robotiknya supaya bisa gerak," katanya.
Melihat desainnya yang cukup rumit, proses perancangan kostum tersebut ternyata melibatkan beberapa pihak, khususnya untuk merancang teknologi pada kostum reog.
Seperti, seniman ogoh-ogoh di Bali Cuplis Art dan salah satu mahasiswa dari Politeknik Bali yang bernama Angga.
Terkait inspirasi dari desain kostum itu Inggi menyampaikan, "Detail dari kostum ini sendiri terinspirasi dari si pemakai reog, yang mana saya modifikasi menyesuaikan dengan gaya dan kebutuhan panggung untuk kompetisi."
"Jadi, pastinya ini adalah kombinasi yang menurut saya sangat Indonesia dan sangat mewakili daerah Jawa Timur dengan detail yang sangat menggambarkan reog," terangnya.
Dikutip dari akun Instagram sang desainer, ia menjelaskan bahwa kostum ini terinspirasi dari keindahan dan aura mistis reog Ponorogo.
Reog Ponorogo ditampilkan dengan karakter singa barong atau barongan sebagai simbol utama.
Dalam legenda, barongan digambarkan sebagai sosok singa raksasa yang ditakuti dengan bulu-bulu burung merak di atasnya.
“Singa dianggap mewakili raja Majapahit, sedangkan bulu ratunya sebagai reog bercerita tentang perjuangan seorang pangeran yang akan melamar seorang putri cantik,” tulis sang desainer.
Mengingat dirinya adalah orang Bali, Inggi pun tak menampik jika kostum ini masih terdapat unsur khas Bali yang terlihat dari aksen-aksennya, salah satunya terdapat detail Bali pada bagian ukiran.
Kendati demikian, yang terpenting baginya adalah tidak mengurangi makna reog itu sendiri dari tampilan secara keseluruhan.
Usai kompetisi kostum nasional selesai, rangkaian acara grand final Miss Grand International 2022 akan digelar pada 25 Oktober mendatang.
Baca Juga: Wakili Indonesia di Miss Grand International, Ini 2 Busana yang Akan Digunakan Shopia Rogan
(*)
