Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Belajar Menciptakan Alternatif Virtual yang Nyaman Bagi Korban KDRT

Dr. Firman Kurniawan S. Kamis, 20 Oktober 2022
Jadi support system yang baik untuk perempuan korban KDRT. Mari berikan ruang virtual yang aman dan nyaman untuk mereka.
Jadi support system yang baik untuk perempuan korban KDRT. Mari berikan ruang virtual yang aman dan nyaman untuk mereka. Sylverarts

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Baca Juga: Ini 16 Bentuk Kekerasan Seksual Menurut Aturan Baru Kementerian Agama

Teori ini merupakan penjelasan berlatar belakang psikologi dan sosiologi, namun sering digunakan dalam analisis-analisis di bidang komunikasi.

Tercatat sebagai penggagas SET adalah para psikolog sosial maupun sosiolog Amerika. Mereka di antaranya, John W Thibaut, Harold H. Kelley, George Homans, Peter M. Blau, Richard Marc Emerson dan Claude Levi-Strauss.

Penjelasannya memfokuskan pada bertahan tidaknya suatu hubungan, dilihat dari perbandingan-perbandingan yang dilakukan para pelakunya.

Bentuk hubungan mulai saling menyapa rutin di kedai fast food, perkawanan, persahabatan, hubungan bisnis, hingga percintaan maupun rumah tangga.

Akibat perbandingan yang dilakukan, para pelaku hubungan seakan menjalani aktivitas dengan penilaian matematis. Teori ini nampak “me-matematika-kan” hubungan.

Pada dasarnya manusia adalah mahluk rasional. Pilihan-pilihan hidupnya sering dituntun oleh refleks-refleks yang mengarah pada tindakan yang memaksimalkan penghargaan, sekaligus meminimalkan pengorbanan.

Dijelaskan SET, pelaku di tahap pertama hubungannya, membandingan keuntungan yang diterima dari hubungan yang dijalaninya. Tahap ini disebut sebagai comparison level (CL).

Pada CL, pengorbanan dibandingkan dengan penghargaan yang diperoleh. Tentu dasar perbandingannya adalah persepsi pelaku hubungan.