Dr.  Firman Kurniawan S.

Pemerhati budaya dan komunikasi digital, pendiri LITEROS.org, dan penulis buku Digital Dilemma

Belajar Menciptakan Alternatif Virtual yang Nyaman Bagi Korban KDRT

Dr. Firman Kurniawan S. Kamis, 20 Oktober 2022
Jadi support system yang baik untuk perempuan korban KDRT. Mari berikan ruang virtual yang aman dan nyaman untuk mereka.
Jadi support system yang baik untuk perempuan korban KDRT. Mari berikan ruang virtual yang aman dan nyaman untuk mereka. Sylverarts

Tulisan ini merupakan pandangan pribadi dari penulis.

Sorak dan Kecam Netizen

Tentu kabar yang beredar ini ditimpali komentar khas netizen: pedas tanpa belas. Sebagian jadi dukungan bagi Sang Pesohor. Sebagian lainnya bernada lega, awal diberikannya tindakan setimpal atas kejahatan rumah tangga yang terjadi.

Namun tak perlu terlalu lama Billar mendekam dalam ruang tahanan, Lesti mencabut laporannya. Ini jadi tanda dimaafkannya semua derita yang menimpa, berikut perdamaian antara pelaku dengan korban. Mulai lagi dari nol, semua ada kesempatan kedua.

Pencabutan dilakukan korban, demi kepentingan anak yang membutuhkan kelengkapan pengasuhan kedua orang tuanya. Demikian kurang lebih argumentasi Lesti.

Netizen marah, menyesali, menganggap keputusan yang dipilih Lesti terlalu pemurah.

Persoalan domestik yang sejatinya terisolasi dari campur pendapat publik, berkembang jadi urusan banyak orang. Ini selain korbannya pesohor, peristiwanya kerap tak memperoleh penanganan serius. Netizen semata mengkhawatirkan korban, setidaknya tak ingin menyaksikan kekerasan terulang.

Pernyataan netizen tampil dalam berbagai wujud, mulai cerita nyata sebagai korban hingga pandangan yang dianggap ilmiah.

Andien Aisyah lewat beberapa tweet-nya, mengungkap rangkaian kekerasan berulang, yang dialaminya. Semua memperkuat argumentasi kekhawatiran.

Sesungguhnya komentar netizen itu, bukan tanpa alasan. Berbagai studi menyebut KDRT sebagai kejahatan kambuhan.

Baca Juga: Kekerasan Bisa Terulang, Ini Arti Fase Bulan Madu Semu dalam KDRT