Dokter Spesialis Gizi Ungkap 2 Masalah Gizi yang Terjadi di Indonesia

Anna Maria Anggita - Selasa, 11 Oktober 2022
Masalah gizi yang dialami orang Indonesia
Masalah gizi yang dialami orang Indonesia bymuratdeniz

Parapuan.co - Kebutuhan gizi harus dipenuhi oleh setiap orang agar tubuh bisa beraktivitas dengan lancar.

Sayangnya, mungkin tidak semua orang itu dapat mencukupi kebutuhan gizinya, misalnya kelebihan atau kekurangan gizi.

Dalam acara Road To Eathink Market Fest 2022 di Otella Buranchi, Alam Sutera, Selasa (11/10/2022), dr. Ida Gunawan, MS SpGK.(K)., Dokter Spesialis Gizi Klinis mengungkap kalau ada dua masalah gizi di Indonesia.

dr. Ida Gunawan, MS SpGK (K) di Road To Eathink Market Fest 2022 (11/10/2022), Otella Buranchi, Alam Sutera
dr. Ida Gunawan, MS SpGK (K) di Road To Eathink Market Fest 2022 (11/10/2022), Otella Buranchi, Alam Sutera Parapuan.co/ Anna Maria Anggita

"Biasanya pada negara sedang berkembang, masalah gizi yang paling sering ditemukan adalah kasus gizi kurang, tapi kondisi ini berbeda dengan Indonesia," terang dr. Ida.

Sebagai negara berkembang Indonesia menghadapi dua masalah gizi, yakni:

- Kasus gizi kurang

- Kasus gizi lebih

"Kasus gizi lebih atau overnutrition biasanya terjadi di kota-kota besar," papar dr. Ida.

Baca Juga: Pentingnya Serat Terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Alergi pada Anak

dr. Ida menekankan kalau dua kondisi masalah gizi di atas berkaitan dengan kesehatan dari sisi nutrisi.

"Kondisi tersebut, membuat munculnya penyakit tidak menular atau non communicable diseases," ujar dr. Ida.

dr. Ida mengungkap contoh penyakit tidak menular yang sering digampangkan oleh banyak orang yakni kolesterol. 

Menurut dr. Ida ada anggapan jika semua orang punya kolesterol tinggi kalau di laboratorium, padahal kondisi tersebut tidak sehat.

"Selain itu, ada pula hipertensi, sayangnya banyak dari kita yang tidak sadar kalau tensinya tinggi," lanjut dr. Ida.

Harus dipahami pula masalah nutrisi juga berdampak pada munculnya kasus diabetes.

"Kasus diabetes di Indonesia itu cukup tinggi di dunia, dalam 10 besar Indonesia ada di situ," ungkap dr. Ida.

"Demikian juga dengan yang namanya efek dari hipertensi diabetes, pasiennya bisa cuci darah, gagal ginjal, bisa kena serangan jantung," tegas dr. Ida.

Baca Juga: Retinopati Diabetik, Kerusakan Retina Mata pada Penderita Diabetes

dr. Ida mengungkap, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar menunjukkan prevalensi hipertensi meningkat dari 25,8 persen pada 2013 menjadi 34,1 persen pada 2018.

Di mana prevalensi diabetes untuk usia di atas 15 tahun pun naik dari 1,5 persen pada 2013 menjadi dua persen pada 2018.

dr. Ida menegaskan kalau semestinya dalam waktu lima tahun, prevalensi diabetes dan hipertensi itu turun, tapi dalam kenyantaannya justru naik.

Mengetahui hal tersebut, dr. Ida pun membagikan cara untuk membuat hipertensi dan diabetes menurun, salah satunya prinsip 3J yakni:

- Jumlah makanan yang dikonsumsi itu cukup, tidak berlebihan dan kekurangan.

Perlu dipahami kalau jumlah makanan bersifat individu yang mana tergantung pada berat dan tinggi badan, serta aktivitas fisik.

- Jenis makanan yang dikonsumsi harus yang alami.

Hindari makanan yang melalui proses panjang atau processed food.

- Jadwal makan harus tepat, jangan lupa sarapan dan makan siang.

Selain itu, dr. Ida berpesan kalau jumlah makan malam itu lebih sedikit dari makan siang.

Nah, Kawan Puan agar hidupmu lebih sehat dan terhindar dari masalah gizi, alangkah baiknya terapkan prinsip 3J yang dipaparkan oleh dr. Ida ya.

Baca Juga: Survei Ungkap 54 Persen Masyarakat Kesulitan untuk Konsisten Jaga Pola Makan Sehat, Ini yang Terjadi

(*)

Dokter Jelaskan Manfaat Makan Kacang-Kacangan bagi Pengidap Stroke