Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, WHO Paparkan Ada 6 Jenis Gangguan Mental

Anna Maria Anggita - Senin, 10 Oktober 2022
WHO jelaskan ada enam jenis gangguan mental
WHO jelaskan ada enam jenis gangguan mental torwai

Parapuan.co - Senin, 10 Oktober 2022 ini kembali diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia.

Tentunya peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia ini harus menjadi momen bagi semua orang untuk lebih sadar bahwa mental wajib dijaga.

Jangan sampai terkena gangguan mental yang justru menurunkan kualitas hidup seseorang.

Dilansir dari laman resmi WHO, gangguan mental ditandai dengan masalah secara klinis dalam kognisi, regulasi emosi, atau perilaku individu.

Adapun berbagai kondisi gangguan mental yang harus diketahui, antara lain:

1. Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan umumnya ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap sesuatu.

Kondisi gangguan kecemasan sendiri terbagi menjadi beberapa jenis:

- Gangguan kecemasan umum

Baca Juga: Sejarah dan Tema Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Diperingati Setiap 10 Oktober

- Gangguan panik

- Gangguan kecemasan sosial

- Gangguan kecemasan perpisahan.

2. Depresi

Orang yang depresi akan mengalami suasana hati yang tertekan, baik itu merasa sedih, mudah tersinggung, atau kehilangan minat melakukan aktivitas.

Tak hanya itu saja, ada pula gejala lain dari depresi, seperti:

- Konsentrasi yang buruk.

- Perasaan bersalah dan harga diri yang rendah.

Baca Juga: Sambut Hari Kesehatan Mental, Ini 4 Alasan Seseorang Selingkuh Berdasarkan Neuroscience

- Keputusasaan tentang masa depan.

- Tidur terganggu dan perubahan nafsu makan.

Penting bagi pengidap depresi menjalani perawatan psikologis agar tidak memiliki pikiran untuk bunuh diri.

3. Gangguan Bipolar

Pengidap gangguan bipolar mengalami episode depresi dan manik.

Saat episode depresi, pengidap bipola akan mengalami suasana hari tertekan, kehilangan kesenangan, dan tidak berminat melakukan aktivitas.

Sementara saat gejala manik, pengidap bipolar merasa lekas marah, peningkatan aktivitas atau energi, banyak bicara, dan kebutuhan untuk tidur terganggu.

Orang dengan gangguan bipolar mengalami peningkatan risiko bunuh diri, agar terhindar dari hal buruk maka harus menjalani berbagai pengobatan seperti psikoedukasi, pengurangan stres dan penguatan fungsi sosial.

4.  Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)

Baca Juga: Tewas Akibat Loncat dari Lantai 11 Hotel, Ini Kondisi Mental yang Memicu Orang Bunuh Diri

Post traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stres pascatrauma dialami oleh seseorang yang terpapar peristiwa yang mengerikan.

PTSD ditandai dengan:

- Kembali mengalami peristiwa traumatis lewat kilas balik atau mimpi buruk

- Menghindar pikiran dan ingatan tentang peristiwa yang mengingatkan kembali kejadian di masa lampau

- Adanya persepsi terus-menerus tentang suatu ancaman.

5. Gangguan Makan

Gangguan makan itu juga termasuk dalam masalah kesehatan mental, contohnya anoreksia nervosa dan bulimia nervosa.

Seseorang yang mengalami gangguan makan akan memiliki pola makan yang tidak normal, lalu merasa bermasalah dengan berat dan bentuk badan.

Biasanya anoreksia nervosa dialami seseorang selama masa remaja atau dewasa awal dan dikaitkan dengan kematian dini karena komplikasi medis atau bunuh diri.

Sedangkan individu dengan bulimia nervosa berada berisiko mengalami penggunaan narkoba, bunuh diri, dan komplikasi kesehatan.

6. Gangguan Perilaku dan Gangguan Dissosial

Perilaku yang mengganggu dan gangguan dissosial dicirikan oleh masalah perilaku seperti terus-menerus menentang dan melanggar hak-hak dasar orang lain atau norma atau hukum di masyarakat.

Timbulnya gangguan perilaku dan dissosial, umumnya selama masa kanak-kanak.

Untuk mengatasi masalah mental ini, maka penting sekali untuk melibatkan orang tua, pengasuh, dan guru.

Kawan Puan, jika kamu atau orang di sekitarmu mengalami masalah mental, alangkah baiknya berani datang ke profesional kesehatan mental agar kualitas hidup jadi lebih baik.

Baca Juga: Jelang Hari Kesehatan Mental Sedunia, Apa Beda Anxiety dan Depresi?

(*)

Sumber: WHO
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati

Mengenal Apa Itu Yellow Noise, Suara Menenangkan yang Bisa Tingkatkan Konsentrasi