Tragedi Kanjuruhan, Cerita ASN Soal Ngerinya Pintu 13 Saksi Bisu Kerusuhan

Linda Fitria - Rabu, 5 Oktober 2022
Pada Senin (3/10/2022), pemain dan official Arema FC berdoa dan tabur bunga untuk korban tragedi Kanjuruhan
Pada Senin (3/10/2022), pemain dan official Arema FC berdoa dan tabur bunga untuk korban tragedi Kanjuruhan (KOMPAS.com/SUCI RAHAYU)

Dadang pikir setelah bisa keluar dari stadion dirinya bisa merasakan kelegaan. Tapi siapa sangka, dirinya justru disuguhkan pemandangan yang memilukan.

"Setelah tembakan ke-3, dan asap agak tipis, asap agak reda, saya mencari pintu di sebelah VIP, di tribun 14, begitu saya keluar, ya Allah, teman-teman saya sudah bergeletakkan. Saya menemukan satu korban, kebetulan itu teman saya, biasa guyonan ngopi mangan bakso, sudah tidak bergerak, meninggal dunia," ungkapnya sambil menangis.

Ia kemudian berusaha menolong korban-korban lain di sekitarnya.

Bahkan ia juga menyaksikan banyak korban yang sekarat hingga akhirnya tak tertolong lagi.

"Saya lari lagi ke arah tribun untuk membantu teman teman, yang masih berdesak-desakan, padahal saat itu saya sudah bisa keluar, dan sudah lama itu," jelasnya.

"Hanya satu pintu, mereka berdempetan keluar, ada yang berdarah anak bojo, saya gendong dengan teman saya dari Lampung, sampai sakaratul maut atau meninggal di depan saya. Akhirnya saya letakkan jenazah itu, dan saya ke jenazah teman saya dona itu, lalu mencari bantuan polisi. Dan di situ polisi ada yang membantu," tambahnya.

Dadang awalnya mengira korban hanya berjumlah 4 orang, tapi dirinya salah. Saat mencoba berkeliling tribun, dirinya mendapati ada banyak korban meninggal berjejeran.

"Kemudian saya minta tolong mengangkat Jenazah ke ruang VIP. Setelah tiba di VIP saya pikir jenazah hanya 4 (korban), ternyata di situ sudah ada 3, (yakni) 1 polisi, 2 jenazah perempuan, saya pikir hanya 7, lalu saya keliling di daerah tribun itu, innalillahi wainnailaihi raji'un, di musala VIP jenazah kayak pindang," imbuhnya sambil terbata-bata.

Kengerian yang diceritakan Dadang itu pun menggambarkan bagaimana mencekamnya malam itu.

Dirinya pun mempertanyakan banyak hal, terkait penggunaan gas air mata yang dirasa berlebihan hingga mengapa pintu stadion ada yang ditutup.

"Yang saya sayangkan, stadion Kanjuruhan, tidak berbenah setelah peristiwa Persib dulu yang hanya 1 korban meninggal dunia, itu pun di RS, warga Kepuh. Kenapa tidak. Membuat jalur evakuasi. Kedua, kenapa pintu itu ditutup," imbuhnya.

Baca Juga: Update Jumlah Anak Korban Kanjuruhan Menurut Data Resmi KemenPPPA

(*)

Sumber: tribunnews
Penulis:
Editor: Linda Fitria