Duka Tragedi Kanjuruhan, Ternyata Gas Air Mata Berdampak pada Kesehatan Mental

Anna Maria Anggita - Senin, 3 Oktober 2022
Suasana di area Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, usai kericuhan suporter pada laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam.
Suasana di area Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, usai kericuhan suporter pada laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022) malam. KOMPAS.com/SUCI RAHAYU

Parapuan.co - Sabtu, 1 Oktober 2022 menjadi duka tragedi dunia sepakbola Indonesia yang mengenaskan, pasalnya banyak nyawa melayang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Dilansir dari Kompas.com, berdasarkan data dari Tim Kedokteran Polisi (Dokpol), total ada 450 korban yang meninggal dunia dan luka-luka.

Kepala Divisi Humar Polri Irjan Dedi Prasetyo mengungkap dari 450 korban, 125 di antaranya meninggal dunia.

Sementara ratusan orang mengalami luka ringan dan puluhan orang lain luka berat.

Seperti yang telah diketahui, tragedi Kanjuruhan terjadi karena jajaran pengamanan menembaki gas air mata ke kerumunan suporter dan ke beberapa tribun.

Kondisi tersebut dilakukan oleh aparat karena situasi di di Stadion Kanjuruhan yang tidak kondusif.

Situasi pun ternyata semakin mencekam, banyak suporter yang terinjak-injak hingga sesak napas, bahkan banyak yang meninggal.

Perlu diketahui, kalau korban selamat, baik yang luka ringan maupun berat, bukan hanya fisiknya saja yang terluka.

Sebab, mereka juga mungkin mengalami gangguan mental karena tragedi penembakan gas air mata.

Baca Juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan, Ini Efek Gas Air Mata bagi Kesehatan

Sumber: KOMPAS.com
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh