Review Film Lara Ati, Isu Quarter Life Crisis dalam Balutan Komedi Romantis

Alessandra Langit - Kamis, 15 September 2022
Review film Lara Ati yang tayang di bioskop mulai hari ini.
Review film Lara Ati yang tayang di bioskop mulai hari ini. BASE Entertainment

Bayu Skak ingin mempertahankan ciri khasnya yaitu membuat karya yang jauh dari Jakartasentris dengan menampilkan budaya Jawa Timur yang kental.

Latar tempat yang diambil adalah kota Surabaya dan semua karakter dalam film Lara Ati ini menggunakan dialog bahasa Jawa dari awal hingga akhir film.

Tak hanya dua hal itu, sebagai penonton, Kawan Puan akan diberi pengetahuan soal kuliner tradisional di Surabaya hingga keberagaman masyarakatnya.

Lingkar pertemanan Joko terasa seperti "Indonesia kecil", Joko punya teman yang asli Jawa, keturunan Tionghoa, hingga mantan kekasih keturunan Arab.

Eksperimen Bayu Skak

Bayu Skak mencoba bereksperimen dengan banyak elemen dalam film, mulai dari visual hingga musik.

Eksperimen ini membuat film terasa seperti "campur sari", tidak ada fokus yang jelas ke mana sang sutradara akan membawa bentuk film ini.

Lewat lagu-lagu yang dinyanyikan langsung oleh Bayu Skak, film ini terasa seperti drama musikal.

Opening scene dari film ini dikemas seperti film La La Land, penuh dengan koreografi dan nyanyian dari tokoh utama.

Di sisi lain, Bayu Skak juga menyematkan animasi pertarungan yang secara tiba-tiba muncul, membuat penonton bertanya-tanya mengenai fungsinya.

Namun, secara keseluruhan, film Lara Ati ini ringan, menghibur, dan menangkap fenomena di era modern yang relate dengan banyak penonton.

Baca Juga: Bintangi Film Lara Ati, Sahila Hisyam Harus Belajar Bahasa Jawa

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria