Setelah Quiet Qutting Kini Ramai Istilah Quiet Firing, Apa Artinya?

Ardela Nabila - Senin, 12 September 2022
Mengenal quiet firing.
Mengenal quiet firing. fizkes

Parapuan.co - Kawan Puan, belakangan ini media sosial tengah diramaikan dengan istilah quiet quitting.

Meskipun secara harfiah memiliki arti keluar dari pekerjaan diam-diam, namun quiet quitting merujuk pada melakukan pekerjaan seminimal mungkin, tidak melampaui batas kewajiban, dan menolak hiruk-pikuk yang terjadi di tempat kerja.

Dikutip dari Euronews lewat Kompas.com, fenomena ini bertujuan untuk menciptakan work-life balance.

Setelah istilah quiet quitting muncul, kini ada lagi istilah baru yang mirip dan juga menjadi sorotan, yakni quiet firing.

Apa Itu Quiet Firing?

Quiet firing sebenarnya merupakan salah satu alasan di balik terjadi fenomena quiet quitting.

Menurut ahli rekrutmen dari Seattle, Amerika Serikat, Bonnie Dilber, quiet quitting bisa terjadi ketika perusahaan tidak mendukung atau berinvestasi pada karyawannya.

Kondisi inilah yang kemudian disebut sebagai quiet firing, yang menyebabkan karyawan merasa berada di lingkungan yang terasa seperti jalan buntu.

Secara harfiah, quiet firing memiliki arti pemecatan diam-diam, artinya fenomena ini sebenarnya lebih dulu terjadi daripada quiet quitting.

Baca Juga: Quiet Quitting, Fenomena Bekerja Secukupnya Sebagai Bentuk Perlawanan Hustle Culture

Quiet firing secara lebih dalam dapat diartikan sebagai tindakan mengabaikan karyawan secara perlahan agar mereka berhenti dengan sendirinya.

Ada banyak yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan tindakan quiet firing kepada karyawan.

Mulai dari memberikan pekerjaan ekstra, tidak memberikan apresiasi, tidak memberikan kenaikan gaji, sampai membatalkan pertemuan yang seharusnya terjadi.

Karyawan yang mengalami quiet firing juga bisa dikeluarkan dari sebuah proyek yang mereka idam-idamkan dan tidak bisa mengikuti perkembangan di pekerjaannya.

Quiet firing bisa berdampak buruk pada karyawan, seperti munculnya perasaan tidak kompeten, terisolasi, dan tidak dihargai.

Jika sudah lama merasa demikian, pada akhirnya karyawan yang mengalami quiet firing akan memutuskan untuk resign atau mengundurkan diri dari perusahaan.

Meskipun begitu, Dilber juga menyebutkan bahwa fenomena ini sebenarnya juga bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Salah satunya adalah perusahaan tak perlu memikirkan pesangon yang seharusnya diberikan apabila karyawan tersebut dipecat.

Penyebab Quiet Firing?

Baca Juga: Tanpa Disadari, Ini 6 Tanda Kamu Berperilaku Quiet Quitting di Kantor

Fenomena quiet firing bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah karena sebagian besar manajer tidak memahami umpan balik yang diharapkan dari bawahannya.

Psikolog industri Ella Washington juga menyebutkan bahwa fenomena ini dapat terjadi ketika manajer tidak bisa membangun hubungan baik dengan anggota timnya.

Hal ini mengakibatkan pemimpin hanya memandang hal ekstra yang harus mereka lakukan dan bukan inti dari pekerjaannya.

“Tidak memberikan feedback yang tepat dan kesempatan untuk mengoreksi bukanlah manajemen dan kepemimpinan yang etis,” ungkap Washington.

Penelitian terbaru dari perusahaan konsultan asal Amerika, McKinsey & Co juga menemukan alasan utama seseorang berhenti dari pekerjaannya.

Adalah karena kurangnya kesempatan untuk mengembangkan karier, atasan yang tidak peduli atau memberikan inspirasi dalam bekerja, serta fleksibilitas dalam bekerja.

Hanya saja, di masa lalu, gaji yang menarik masih bisa membuat seseorang tetap bekerja walaupun memiliki atasan yang buruk.

Itulah pengertian quiet firing yang ramai di media sosial beberapa hari belakangan ini. (*)

Baca Juga: Benarkah Fenomena Quiet Quitting Disebabkan oleh Kepemimpinan yang Buruk? Ini Faktanya Menurut Riset

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri