Kisah Syifa Nur Aini, Mitra Ojek Online yang Sukses Jadi IT Manager

Dinia Adrianjara - Jumat, 26 Agustus 2022
Syifa Nur Aini sukses jadi IT Manager
Syifa Nur Aini sukses jadi IT Manager

Parapuan.co - Kondisi ekonomi dan keterbatasan keluarga tak membatasi Syifa Nur Aini untuk mengejar mimpinya bekerja di bidang informasi dan teknologi (IT).

Perempuan berusia 25 tahun ini merupakan salah satu perempuan lulusan Bangkit 2021, asal Bekasi, Jawa Barat.

Sebagai anak pertama dengan dua orang adik, Syifa harus mengemban tanggung jawab untuk menjadi mitra ojek online, sambil berkuliah.

Meski hal ini sempat menghambat masa studi karena tak bisa mengambil SKS sebanyak teman-temannya, tak menjadi halangan Syifa untuk menyelesaikan studi.

Mengambil kuliah jurusan Teknik Informatika, Syifa tetap bersemangat untuk bekerja di bidang IT dengan mengikuti kelas Bangkit di tengah kesibukannya.

Apa itu kelas Bangkit?

Dikutip PARAPUAN dari rilis Google, Bangkit terafiliasi dengan Kampus Merdeka, Studi Independen Bersertifikat yang setara dengan 20 SKS.

Program ini membantu mahasiswa membangun keterampilan yang relevan dengan dunia informasi dan teknologi.

Program Bangkit dirancang khusus oleh Google dan didukung penuh oleh Deeptech Foundation, Traveloka, dan GoTo.

Baca Juga: Prospek Karier Perempuan di Bidang Teknologi Menurut Aulia Halimatussadiah Girls in Tech


"Biasanya saya bangun pukul 5 pagi untuk menjadi mitra ojek online, lalu mengikuti kegiatan di kampus atau mengikuti kelas Bangkit.

"Kemudian dari jam 5 sore sampai 11 malam, saya bekerja sebagai IT Support paruh waktu di Trapo, Indonesia.

"Saya nggak malu, justru senang bisa membantu keluarga dan belajar banyak dari kegiatan yang padat," ungkap Syifa.

Di Bangkit, ia mengikuti kelas Machine Learning dengan capstone project untuk membuat perangkat identifikasi tingkat kematangan buah.

Setelah lulus dari program ini tahun lalu, saat ini Syifa berprofesi sebagai IT Manager di Trapo Indonesia yang merupakan perusahaan aksesori mobil yang sayap usahanya sampai ke Asia Tenggara.

Selama mengikuti program tersebut, ia mengaku mempelajari banyak hal mulai dari soft skill seperti komunikasi profesional, adaptasi, kepemimpinan, hingga cara mengatur waktu.

Tentu saja ia juga mempelajari hard skill seperti menguji software hingga menangani proyek.

Ia pun berpesan kepada perempuan Indonesia untuk jangan membatasi diri dalam belajar serta berkarier di bidang teknologi, dan tetap memberi kontribusi terbaik bagi bidang teknologi Indonesia.

Untuk perempuan yang ingin berkarier di bidang teknologi, ia juga berpesan untuk tetap percaya diri, belajar cepat seiring perkembangan teknologi, berkomitmen, dan jangan mudah menyerah. (*)

Baca Juga: Cerita Para Founder Startup Perempuan Soal Kendala di Industri Teknologi