Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Ini Dampak Menyisakan Makanan terhadap Lingkungan

Maharani Kusuma Daruwati - Minggu, 5 Juni 2022
Dampak makanan sisa pada lingkungan
Dampak makanan sisa pada lingkungan iStockphoto/Mukhina1

Tapi makanan yang terbuang bukan hanya masalah sosial atau kemanusiaan,ini juga masalah lingkungan.

Selama 20 tahun terakhir diketahui sampah makanan atau food waste menyumbang sekitar 23-48 ton per tahun, seperti tercatat dalam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama Foreign Commonwealth Office Inggris pada 2019 lalu, seperti dikutip dari National Geographic.

Bahkan Indonesia tercatat jadi negara terbesar nomor dua yang menyumbang sampah makanan pada 2016 lalu.

Tercatat jumlahnya bisa mencapai 300 kg per individu setiap tahunnya.

Banyaknya limbah makanan sisa atau food waste ini dapat mengancam ketahanan pangan dalam beberapa tahun ke depan.

Mengutip dari laman resmi World Wildlife, saat kita membuang makanan, kita juga membuang semua energi dan air yang dibutuhkan untuk menanam, memanen, mengangkut, dan mengemasnya.

Jika makanan dibuang ke tempat pembuangan sampah dan membusuk, itu menghasilkan metana atau gas rumah kaca yang bahkan lebih kuat daripada karbon dioksida.

Sekitar 6%-8% dari semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia dapat dikurangi jika kita berhenti membuang-buang makanan.

Baca Juga: Ini 3 Bahan Dapur yang Dapat Dimanfaatkan sebagai Pestisida Organik

Di AS saja, produksi makanan yang hilang atau terbuang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 32,6 juta mobil.

Karena populasi dunia terus bertambah, tantangan kita seharusnya bukan bagaimana menanam lebih banyak makanan, tetapi memberi makan lebih banyak orang sambil mengurangi pengeluaran dari apa yang sudah kita hasilkan.

Nah, itu dia dampak jika kita menyisakan makanan setiap kali sedang makan.

Untuk bantu menjaga bumi ini, Kawan Puan bisa lakukan dengan bantu mengurangi limbah makanan sisa.

Usahakan untuk menghabiskan apa yang ada di piringmu ketika makan agar tak bersisa.

(*)

Sumber: National Geographic,WWF
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati