Risiko hingga Tujuan, Ini 5 Perbedaan Startup dan Bisnis Rintisan Konvensional

Aghnia Hilya Nizarisda - Sabtu, 12 Maret 2022
Startup dan bisnis rintisan konvensional ternyata berbeda.
Startup dan bisnis rintisan konvensional ternyata berbeda. Varijanta

Parapuan.co - Kehadiran startup kini semakin menjamur. Startup sendiri berarti bisnis rintisan yang masih dalam tahap pengembangan.

Bahkan, dewasa ini sudah bukan hal baru lagi ketika terdapat anak-anak muda yang menjalankan dan mendirikan startup.

Akan tetapi, muncul pertanyaan, apakah semua bisnis rintisan disebut startup? Apa perbedaan startup dengan bisnis rintisan konvensional?

Melansir Kompas.com, ada beberapa hal yang membedakan startup dengan perusahaan atau bisnis rintisan konvensional.

Penjelasan tersebut diungkapkan oleh Managing Director OCBC NISP Ventura Darryl Ratulangi yang menyebut salah satunya ialah orientasi bisnis.

"Sebuah startup melakukan kegiatan operasionalnya sekaligus perkembangan inovasi secara cepat dan seringkali menyebabkan disrupsi industri yang signifikan," ujar Darryl.

Hal ini berbeda dengan bisnis rintisan konvensional yang lebih berorientasi pada kewirausahaan dan melayani pasar lokal dengan model bisnis yang lebih konvensional.

Beberapa model bisnis yang populer antara lain penyedia jasa desain grafis, bisnis percetakan, jasa cuci kendaraan, katering rumahan, hingga jualan makanan dan minuman ringan.

Nah, untuk penjelasan lengkapnya, PARAPUAN telah merangkum 5 perbedaan startup dan bisnis rintisan konvesional. Yuk, simak apa saja!

Baca Juga: Ingin Membuat Perusahaan Start Up? Cobalah Ikuti Pelatihan Gratis Ini

1. Tujuan Bisnis

Ketika kamu membangun startup, maka kamu perlu memiliki tujuan inovasi teknologi yang jelas dan juga model bisnis yang terukur.

Selaras dengan itu, kamu juga harus mengumpulkan dana demi bisa mengembangkan perusahaan secepat mungkin sehingga bisa mengalahkan pesaing.

Akan tetapi, ternyata hal ini berbeda dengan bisnis rintisan konvensional yang cenderung berfokus pada dua tujuan bisnis.

Tujuan pertama ialah memulai bisnis untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari pada pengeluaran atau dengan kata lain yang menguntungkan.

Lalu, kedua adalah keinginan untuk memulainya dengan model bisnis tradisional di pasar yang lebih mudah dijangkau secara efektif.

2. Risiko Bisnis

Baik startup ataupun bisnis rintisan konvesional, saat membangunnya tidak ada yang mudah dan keduanya sama-sama dihadapkan berbagai risiko bisnis.

Namun, membangun startup memiliki risiko yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan membangun bisnis rintisan konvensional.

 Baca Juga: Pentingnya Peran Mentor dalam Membangun Bisnis Startup bagi Mahasiswa

Bisa begitu karena startup umumnya menguji produk atau model bisnis baru yang belum pernah dikenal masyarakat sebelumnya.

Lantas, memulai bisnis rintisan konvesional punya risiko relatif rendah karena menggunakan model bisnis yang umumnya sudah pernah terbukti.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup bisnis harus ditentukan sejak awal dan tidak boleh dilewatkan begitu saja.

Terkait hal ini, startup cenderung berfokus untuk memenangkan market share sebanyak mungkin tanpa membatasi diri pada segmen tertentu.

Sedangkan bisnis rintisan konvensional umumnya kurang terukur sehingga membatasi kemungkinan pertumbuhan usaha dan hanya berfokus pada pelanggan tertentu.

4. Tim dan Manajemen

Startup memiliki tim pekerja yang berkualitas dan dinamis untuk memimpin dan mengelola bisnis ini sejak awal agar dapat bertumbuh dengan maksimal dan secepat mungkin.

Maka itu, kadang kala tim awal sebuah startup harus mengerjakan tugas yang tak berhubungan dengan peran mereka karena belum memiliki pekerja untuk semua peranan.

Baca Juga: 3 Tantangan Bisnis Franchise, Hati-Hati selama Tiga Bulan Pertama!

Lantas, untuk membangun produk atau servis sesuai dengan ide awal tersebut, startup akan merekrut tim awal, seperti product manager dan software engineer.

Maka itu, semakin besar dan berkembang startup tersebut, maka akan semakin banyak pekerja.

Hal ini berbeda dengan bisnis rintisan konvesional di mana pekerja yang terlibat memiliki keterampilan yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan operasional usaha tersebut.

5. Pendanaan

Hal lain yang berbeda dan selalu jadi perhatian dalam sebuah bisnis adalah pendanaan.

Pendanaan kerap dianggap sebagai fondasi penting untuk membangun dan mengembangkan bisnis, begitu pun untuk startup ataupun bisnis rintisan konvensional.

Bisnis rintisan konvensional dapat mencari pendanaan dengan pinjaman bank atau modal pribadi maupun bantuan dari orang terdekat, seperti tabungan, investasi dari pihak keluarga, dan teman.

Akan tetapi, hal ini berbeda jika kamu akan memulai dan mengembangkan bisnis startup.

Baca Juga: 5 Tips Memulai Bisnis dengan Modal Rp1 Juta, Begini Pembagian Uangnya!

Sumber pendanaan dalam startup bisa didapatkan dari angel investors, perusahaan modal ventura, hingga sistem crowdfunding.

Nah, itulah 5 perbedaan startup dan bisnis rintisan konvesional yang kadang masih dianggap sama, mulai dari tujuan bisnis hingga sumber pendanaan. (*)