Djenar Maesa Ayu, Sastrawan Perempuan Indonesia yang Karyanya Mendunia

Aulia Firafiroh - Minggu, 13 Maret 2022
Djenar Maesa Ayu
Djenar Maesa Ayu kompas

Parapuan.co- Kawan Puan, mugkin tidak asing dengan nama Djenar Maesa Ayu.

Ia merupakan salah satu penulis berbakat asal Indonesia yang karyanya mendunia.

Selain menjadi penulis novel dan cerita pendek, perempuan yang akrab disapa Nai ini menulis naskah, menyutradarai, dan main flm, mengatakan bahwa ia sedang menulis naskah film berjudul How Can I Not Love.

Lalu seperti apa profil Djenar Maesa Ayu yang namanya sudah jarang tampil di layar kaca ini?

Berikut beberapa hal mengenai sosok Djenar Maesa Ayu melansir website resmi Kemendikbud.go.id.

Kehidupan pribadi

Putri dari Syuman Djaya dan Tuti Kirana ini memiliki darah seniman yang mengalir di dalam dirinya.

Ayah Nai merupakan seorang sutradara film, sedangkan ibunya adalah aktris terkenal pada tahun 1970-an.

Perempuan yang lahir di Jakarta pada 14 Januari 1973 ini memiliki dua orang anak, yakni Banyu Bening dan Btari Maharani.

Baca juga:

Nai diketahui belajar menulis lewat sejumlah sastrawan tersohor seperti Budi Darma, Seno Gumira Ajidarma, dan Sutardji Calzoum Bachri.

Karya Djenar Maesa Ayu

Nai banyak menelurkan karya kontroversi yang memicu kritik dan pujian.

Meski mendapat banyak pertentangan, Nai tetap pada pendiriannya dan terus mengembangkan kreativitasnya.

Ia tetap mengekspresikan dirinya lewat menulis.

Nai juga diketahui sangat suka menulis soal dunia perempuan dan seksualitas.

Karya pertamanya, berbentuk cerpen yang berjudul “Lintah” (2002).

Cerpen tersebut bertema feminisme yang kemudian dimuat oleh Kompas.

Setelah itu, karya Nai banyak tersebar di berbagai media massa Indonesia, seperti Kompas, The Jakarta Post, Republika, Koran Tempo, Majalah Cosmopolitan, dan Lampung Post.

Baca juga:

Nai kemudian meluncurkan buku kumpulan cerpen yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! pada tahun 2004.

Buku tersebut telah dicetak ulang delapan kali dan masuk dalam sepuluh buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003.

Tak hanya itu, buku karyanya juga diterbitkan dalam bahasa Inggris.

Kumpulan cerpen Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu) juga mendapat penghargaan lima besar Khatulistiwa Literary Award 2004.

Bahkan cerpennya yang berjudul “Waktu Nayla” mendapat predikat Cerpen Terbaik Kompas pada tahun 2003, yang kemudian dibukukan bersama cerpen “Asmoro” dalam antologi cerpen pilihan Kompas.

Nai juga pernah menulis cerpen “Menyusu Ayah” yang menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan dan diterjemahkan oleh Richard Oh ke dalam bahasa Inggris dengan judul “Suckling Father” untuk dimuat dalam Jurnal Perempuan versi bahasa Inggris khusus edisi karya terbaik.

Karier Djenar Maesa Ayu di dunia film

Selain menulis, Nai juga menggeluti dunia perfilman Tanah Air sebagai pemain dan sutradara.

Ia pernah membintangi film Boneka dari Indiana (1990), Koper (2006), Anak-Anak Borobudur (2007), Cinta Setaman (2008), Dikejar Setan (2009), Melodi (2010), dan Purple Love (2011).

Ia juga pernah menjadi sutradara film Mereka Bilang, Saya Monyet, SAIA (2009) serta sutradara TV dalam acara “Fenomena” (TransTV, 2006) dan “Silat Lidah” (AnTV, 2007).

Di dunia film, Nai berhasil meraih Piala Citra untuk Sutradara Terbaik dalam film Mereka Bilang, Saya Monyet!

Kawan Puan, itu tadi segala fakta mengenai sosok inspiratif Djenar Maesa Ayu. (*)

Sumber: kemendikbud.go.id
Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh