Terungkap, Ini Hubungan antara Emosi Kemarahan dengan Reaksi pada Otak

Anna Maria Anggita - Minggu, 27 Februari 2022
Emosi kemarahan
Emosi kemarahan Enes Evren

Parapuan.co - Setiap orang tentu pernah merasa marah dengan tingkat yang berbeda-beda.

Rasa marah merupakan salah satu bentuk emosi yang banyak ditekan oleh seseorang karena tidak ingin mengungkapkannya, atau mungkin tidak tahu cara mengungkapkannya secara sehat.

Dilansir dari Very Well Mind, perlu dipahami pula bahwa kemarahan yang timbul juga dapat memengaruhi otak lho.

Hubungan kemarahan dan otak

Korteks adalah bagian kerja otak di mana logika dan penilaian berada.

Korteks dapat digambarkan sebagai pusat strategi dan kendali otak.

Pusat limbik adalah pusat emosional otak kita dan dikenal sebagai bagian yang lebih primitif dari otak manusia.

Di mana dalam sistem limbik terdapat struktur kecil yang disebut amigdala yakni gudang memori emosional, yang juga merupakan area otak yang bertanggung jawab atas reaksi melawan alias naluri bertahan hidup alami.

Ketika seseorang mengalami dan mengekspresikan kemarahan, mereka tidak menggunakan bagian berpikir (korteks) otak, tetapi pusat limbik otak.

Baca Juga: Heboh Kasus Wirda Mansur hingga Dijuluki 'Pathological Liar', Apa Itu? Kenali Gejala Gangguan Mental Ini

Di kala otak melepaskan homron yang menyebabkan alarm fisik dan emosional, alhasil kemarahan ini kemudian menimbulkan reaksi teriakan, ketidaksabaran, frustrasi, dan kata-kata yang menyakitkan.

Lantas mengapa seseorang merasa marah?

Kemarahan adalah emosi yang dapat dipicu oleh berbagai penyebab.

Beberapa dari penyebab ini adalah konflik mendasar yang belum terselesaikan, selain itu adapun pemicu lainnya seperti:

- Diremehkan atau diperlakukan tidak adil

- Merasa terancam atau dilanggar

- Disakiti secara fisik

- Merasa putus asa

Baca Juga: Bahaya, Ini Dampak Jangka Panjang bagi Anak yang Menyaksikan KDRT

- Merasa tidak berdaya

- Tingkat stres atau kecemasan yang tinggi

Di samping itu kamu juga perlu mengidentifikasi adakah masalah di masa lalu yang berkontribusi pada kemarahan seperti:

- Apakah kamu pernah dilecehkan atau dihukum dengan keras di masa lalu?

- Apakah kamu mengalami kesulitan mengendalikan emosi?

- Apakah kamu kurang merasakan kedamaian batin?

Tanda-tanda kemarahan

Berikut ini tanda-tanda seseorang mengalami kemarahan:

- Teriak-teriak

Baca Juga: Kantuk Berlebihan Padahal Tidur Cukup? Bisa Jadi Tanda Hipersomnia

- Mengumpat, menyebut nama, dan membuat ancaman

- Ekspresi fisik seperti memukul orang, binatang, atau benda

- Menarik diri dan menjauh dari lingkungan

- Menyakiti diri sendiri

Mengetahui penyebab dan tanda dari kemarahan ini bermacam-macam, maka tetap penting bagimu untuk mengendalikan emosi.

Sebagai catatan, apabila kemarahan yang dialami disebabkan peristiwa traumatis di masa lalu dan memiliki efek jangka panjang pada jiwa, sebaiknya minta bantuan ke terapis berlisensi atau konselor kesehatan mental.

Dengan begitu, terapis dapat membantu mengatasi trauma masa lalu, situasi stres saat ini, dan konflik masa kanak-kanak yang mendasari terjadinya kemarahan.

Sumber: Very Well Mind
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara

Benarkah Tertawa Baik untuk Menjaga Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya