Single hingga Ibu Bekerja, Ini 6 Cara Dukung Perempuan di Kantor sesuai Kebutuhannya

Arintha Widya - Minggu, 20 Februari 2022
Ilustrasi perempuan yang bekerja
Ilustrasi perempuan yang bekerja yongyuan

Parapuan.co - Tahukah Kawan Puan, ternyata mendukung perempuan di tempat kerja tak cukup dengan mengatasi gender gap saja.

Memberdayakan perempuan di tempat kerja tak hanya dengan memberikan pelatihan atau kesempatan karier yang sama dengan laki-laki.

Tempat kerja yang mendukung perempuan haruslah mengerti kebutuhan berbeda antara yang masih single, sudah menikah, dan memiliki anak.

Kebutuhan perempuan single, yang sudah menikah, dan pekerja perempuan dengan anak berbeda dalam hal fasilitas kantor hingga kesempatan cuti.

Untuk itu, perusahaan sebagai tempat kerja mesti memberikan dukungan menyesuaikan kebutuhan masing-masing tipe perempuan di atas.

Seperti apa? Berikut berbagai bentuk dukungan yang bisa diberikan perusahaan terhadap perempuan di tempat kerja sesuai kebutuhannya, sebagaimana mengutip Forbes!

1. Mempertimbangkan identitas lain karyawan perempuan

Amber Anderson dari Tote and Pears mengungkapkan, pemberi kerja perlu memahami kendala yang dihadapi karyawan, khususnya perempuan.

Hal itu penting mengingat pemberi kerja mesti membuat kebijakan yang langsung menjawab kebutuhan mereka.

Baca Juga: Pentingnya Mendukung Sesama Perempuan di Tempat Kerja, Ini Caranya!

Pertama, mulailah dengan survei karyawan yang ada dan lakukan riset untuk memahami kebutuhan tenaga kerja perempuan sebagai target.

Lihatlah melampaui gender dengan mempertimbangkan identitas lain, misalnya status perkawinan, ras, budaya, status imigrasi, dan apakah mereka ibu atau bukan.

Seorang ibu akan membutuhkan kebijakan yang berbeda dari perempuan yang sudah menikah tetapi belum memiliki anak.

Kebijakan akan memiliki dampak paling besar jika dibangun dengan mengutamakan kebutuhan karyawan.

Jadi pastikan kamu sebagai pimpinan perusahaan mempertimbangkan tidak hanya gender, tetapi juga identitas lain wanita (dan keluarganya).

2. Menawarkan berbagai bentuk fleksibilitas 

Cara lain adalah membuat kebijakan yang mengakui bahwa setiap orang memiliki keluarga dan kehidupan di luar pekerjaan.

Kebijakan semacam itu akan bermanfaat bagi siapa saja yang merupakan orang tua, baik perempuan maupun laki-laki.

Misalnya, jam kerja yang fleksibel memungkinkan orang tua untuk memiliki lebih banyak fleksibilitas ketika mereka perlu antar jemput anak sekolah.

Baca Juga: Pemimpin Perlu Tahu, Ini 5 Cara untuk Dukung Perempuan di Tempat Kerja

Fleksibilitas kerja jarak jauh memungkinkan orang tua untuk bekerja dari rumah ketika anak mereka sakit.

Lalu, peraturan lain yang fleksibel memungkinkan orang tua untuk mengambil cuti kerja untuk mendampingi anak-anak sekolah online atau tampil di pentas seni.

Kuncinya adalah fleksibilitas, tak hanya bagi orang tua tetapi juga karyawan perempuan atau laki-laki yang masih single.

3. Membuat perubahan pada ruangan kantor

Perubahan terhadap ruangan kantor bisa dilakukan untuk menyambut karyawan perempuan yang baru saja menjadi ibu.

Misalnya dengan menyediakan ruang menyusui pribadi atau area yang tenang di mana ibu bekerja bisa mendapat keleluasaan.

Bisa juga menyediakan ruang ibu dan anak bagi karyawan yang mungkin membawa anak mereka ke kantor. Hal tersebut pada akhirnya menunjukkan pengertian pemilik perusahaan sebagai majikan atau atasan.

Dan yang paling penting, semua itu dianggap mampu mengurangi stres bagi mereka yang tetap bekerja di kantor selama pandemi.

Baca Juga: Dampak Kekerasan pada Perempuan di Tempat Kerja dan Cara Mengatasinya

4. Mempekerjakan lebih banyak perempuan

Cara lain mendukung perempuan di tempat kerja ialah dengan merekrut lebih banyak.

Bukan semata soal jumlah, tapi rekrutlah perempuan dari berbagai latar belakang status pernikahan, ras, budaya, dan sebagainya.

Perempuan sudah banyak mengalami kesenjangan, jadi perusahaan perlu menciptakan budaya yang lebih terbuka dalam perbedaan.

Perempuan yang bekerja perlu tahu bahwa ada perusahaan yang mendukung mereka dan ingin mereka berhasil.

5. Memerikan cuti khusus

Cara selanjutnya adalah mencoba buat kebijakan terkait cuti khusus, bukan sebatas untuk liburan atau saat karyawan sakit.

Sebagian perempuan membutuhkan cuti ketika mereka sedang menstruasi, terlebih bagi yang baru melahirkan.

Waktu cuti yang ada bisa dipakai untuk memulihkan diri, karena dengan kondisi yang kurang fit pekerjaan tentu tak bisa selesai secara maksimal.

Baca Juga: Paham Kebutuhan Karyawan, Ini 4 Kelebihan Tempat Kerja Ramah Keluarga

Kebijakan ini mungkin saja bisa membuat mereka menjadi karyawan yang loyal terhadap perusahaan.

Kurang lebih, itulah tadi beberapa cara mendukung perempuan di tempat kerja menyesuaikan kebutuhan mereka, terlebih di masa 2 tahun pandemi ini.

Kawan Puan yang merupakan pimpinan perusahaan, perlu mempertimbangkan berbagai cara tersebut saat akan membuat kebijakan baru. (*)

Sumber: Forbes
Penulis:
Editor: Arintya