Jaga Kesehatan Mental, Ini Bedanya Self-Healing untuk Anak dan Lansia

Citra Narada Putri - Minggu, 13 Februari 2022
Perbedaan self-healing untuk anak-anak dan lansia.
Perbedaan self-healing untuk anak-anak dan lansia. Paperkites/iStockphoto

Parapuan.co - Tantangan kehidupan dampak pandemi Covid-19 nyatanya bukan hanya dirasakan oleh masyarakat usia poduktif saja, tapi juga mereka yang masuk dalam golongan lanjut usia (lansia) hingga anak-anak.

Karena para lansia dan anak-anak masuk golongan rentan, sering kali mereka tidak diperbolehkan keluar rumah atau bertemu dengan orang lain, demi meminimalisir penyebaran virus.

Lebih dari itu, menyaksikan kondisi yang tidak menentu di tengah pandemi Covid-19, turut memengaruhi kondisi kesehatan mental mereka. 

Perasaan kekhawatiran, ketakutan hingga kesepian yang muncul dampak pandemi pun bisa berakibat buruk bagi kesehatan mental mereka.

Mengatasi masalah ini, tentunya mereka juga butuh melakukan self-healing.

Self healing adalah proses penyembuhan diri dari hal-hal seperti trauma, depresi, kecemasan, dan stres. 

Seperti yang disampaikan psikolog, Indah Sundari, M.Psi, pada acara Hari Pers Nasional: Self-Healing Lewat Berkarya Bareng Tokopedia (8/2/22), bahwa sebenarnya metode self-healing sama saja untuk anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun lansia.

"Kendati demikian yang membedakan adalah tata cara spesifiknya aja. Jangan lupa bahwa di tahapan usia kita punya tahap perkembangannya masing-masing," ujar Indah mengingatkan.

Maka dari itu ada hal-hal tertentu yang perlu dipahami dari proses self-healing untuk lansia maupun anak-anak.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi, Coba Lakukan Hal Ini di Rumah

Self-Healing untuk Anak-Anak

Perlu diingat bahwa tahap perkembangan pada usia anak-anak itu adalah eksplorasi.

"Jadi mereka tuh pengen nyoba a,b,c. Banyak hal secara berbeda, supaya bisa meningkatkan curiosity mereka. Jadi hal pertama yang mungkin bisa kita lakukan sebagai orang dewasa untuk membantu anak self-healing adalah mengajaknya bereksplorasi," jelasnya. 

Indah mencontohkan, apabila hari ini sudah bermain dengan permainan menggunakan lilin, maka besok menggunakan material lain seperti batu, karet dan lain sebagainya yang memanfaatkan hal-hal di sekitar kita.

Dan yang menurut Indah paling penting adalah bahwa anak masih sangat butuh engagement atau keterlibatan dari orang dewasa di sekitarnya.

"Jadi kalau kita membantu anak untuk self-healing, kita juga harus mau terlibat. Jangan cuman sekadar, 'nih Mama beliin kamu buku mewarnai, gih sana mewarnai'. Jangan cuman sekadar gitu, kita sebagai orang dewasa juga harus nemenin," ujarnya mengingatkan lagi.

Di sisi lain, kita sebagai orang tua juga perlu kreatif untuk menghadirkan kegiatan-kegiatan yang seru sebagai salah satu bentuk self-healing yang penting untuk anak-anak.

Self-Healing untuk Lanjut Usia

Terlepas dari adanya pandemi Covid-19, menurut Indah, orang-orang lansia banyak merasakan 'kehilangan'.

Baca Juga: Mudah dan Murah! Jalan Kaki Bisa Jadi Cara Ampuh untuk Self Healing

Misalnya, anggota keluarga yang tinggal di kota berbeda sehingga jarang bertemu anak ataupun cucu.

"Ataupun mereka mulai pensiun. Jadi rasa berharga ketika punya power saat bekerja pun hilang.  Mereka merasa sudah enggak punya kerjaan lagi, bosen dan lain sebagainya. Itu adalah masalah-masalah yang sering terjadi pada lansia," jelas Indah.

Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang-orang lansia untuk self-healing?

Pertama adalah mengarahkan mereka melakukan sesuatu yang berkaitan dengan hobi atau hal yang mereka sukai. 

Menurut Indah, kita bisa menanyakan kepada para lansia apa hobi mereka atau hal yang ingin mereka coba dan sukai, tapi belum pernah dilakukan.

Para lansia juga butuh mengeksplorasi hal-hal yang mereka suka, sama seperti halnya anak-anak. 

"Bertahun-tahun hidupnya dilalui dengan kegiatan yang rutin, nah kita bisa tanyakan apa nih yang bisa mereka eksplor lagi. Hal ini supaya bisa membantu mengatasi rasa bosan, kejenuhan dan lain-lain," ujar Indah. 

Kedua, yang tak kalah penting adalah kehadiran support group.

Dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat atau bahkan dari sesama lansia bisa sangat membantu proses self-healing.

"Kalau misal orang tua kita lagi senengnya telponan sama temen-temennya, atau reunion lewat zoom, enggak apa-apa, biarin aja. Karena itu kegiatan yang bisa menghibur mereka. Karena mereka akhinya merasa bahwa mereka tidak sendirian," papar Indah mengingatkan.

Itu dia beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membantu anak-anak dan para lansia dalam proses self-healing.

Yuk mari bantu mereka menjaga kesehatan mentalnya di tengah situasi pandemi Covid-19 yang tak pasti. (*)

 Baca Juga: Belajar Menerima dan Membangun Hubungan Baik dengan Tubuh Lewat 5 Buku Ini!

Hari Bipolar Sedunia, Kenali Faktor Risiko Seseorang Terdiagnosis Bipolar