Jadi Tren Fashion, Benarkah Vegan Leather Lebih Ramah Lingkungan?

Dian Fitriani N - Selasa, 1 Februari 2022
Vegan leather diklaim lebih ramah lingkungan.
Vegan leather diklaim lebih ramah lingkungan. ATP Atelier/KRISTY SPAROW

Parapuan.co - Dunia fashion semakin berkembang, saat ini makin banyak produsen mengklaim produk buatannya sustainable atau ramah lingkungan, salah satunya vegan leather.

Istilah ini makin santer terdengar di kalangan fashion enthusiast, bahkan jenama kelas dunia seperti Stella McCartney, Hermes, Gucci hingga Adidas sudah mulai mengganti bahan baku kulit hewan yang biasa mereka gunakan dengan vegan leather.

Lantas, benarkah vegan leather lebih ramah lingkungan?

Melansir WWD, bahan vegan leather tidak berasal dari hewan, namun meniru estetika serta nuansa kulit, sehingga menyerupai aslinya.

"Awalnya ada di tahun 1800 kulit sintetis hadir di dalam majalah London, kala itu bahannya terbuat dari sayuran," tutur Joshua Katcher, fashion expert.

Dikutip Harpers Bazaar, mayoritas vegan leather terbuat dari dua polimer plastik, yakni polyurethane (PU) dan polyvinyl chloride (PVC).

Kedua bahan ini paling sering digunakan, karena memiliki finish wrinkled texture, sehingga menyerupai kulit asli.

Selain itu, vegan leather juga sering dikombinasikan dengan sumber daya alam lainnya.

Misalnya seperti daun nanas, kulit apel atau plastik daur ulang.

Baca Juga: Harry Styles Rilis Brand Kecantikan dengan Konsep Vegan dan Non-Binary

Apakah vegan leather bisa menyamai kualitas kulit asli?

Meskipun menggunakan bahan buatan, dengan kecanggihan teknologi, popularitas serta kualitas vegan leather cukup baik.

Tak jarang, kita kesulitan membedakan mana kulit asli atau vegan leather.

"Kualitas kulit vegan kami lembut, bahkan ketika disentuh seperti kulit asli, terkadang orang salah menilai, jadi jelas tidak akan mengurangi kualitas," tutur Sandra Sandor, creative director Nanushka.

Apakah vegan leather lebih ramah lingkungan?

Ketika berbicara mengenai eco-friendly atau ramah lingkungan, tentunya produk tersebut harus bisa membuktikan bahwa ia tak akan merusak makhluk hidup maupun alam.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, vegan leather memiliki berbagai jenis bahan utama mulai dari plastik hingga dedaunan.

Brand Nanushka buatan Sandor misalnya, memilih vegan leather dengan bahan utama polyurethane, yakni salah satu jenis plastik.

Padahal, plastik merupakan penyebab utama kerusakan alam, karena bahan tersebut cukup sulit terurai.

Baca Juga: Rekomendasi Sling Bag Kulit Brand Lokal Harga Mulai Rp 270 Ribu


"Menciptakan produk klaim vegan leather bukan tanpa masalah lingkungan, ada alasan tertentu. Dampak lingkungan vegan leather yang dihasilkan jauh lebih rendah ketimbang memproduksi kulit asli," tutur Sandor.

Hal tersebut dibenarkan oleh penelitian The Environmental Profit & Loss, bahwa produksi vegan leather dapat meminimalisir kerusakan alam lebih rendah daripada real leather.

"Dalam pembuatan sebuah produk kulit asli biasanya menggunakan lahan peternakan serta emisi gas yang berasal dari rumah kaca," ujar Sandor.

"Sektor ini memakan persil terbesar di dunia, baik ketika pengelolaan hingga pakan ternak," tambahnya.

Sebagai contoh, peternakan di Brazil merupakan salah satu great driver of deforestation, berpotensi menyebabkan musnahnya keanekaragam hayati hingga perubahan iklim.

Meskipun vegan leather dianggap lebih baik dibandingkan real leather, tetap saja, produk ini memiliki kekurangan yang juga berdampak bagi kerusakan lingkungan.

Hal ini disebabkan karena penggunaan bahan plastik di dalamnya.

Sebut saja, fashion item yang terbuat dari plastik dapat menimbulkan dampak serius bagi kerusakan alam.

Baca Juga: Harga hingga Tampilannya, Ini 6 Perbedaan Kulit Asli, Bonded, dan Sintetis

Benih plastik ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menguraikan bahan kimia.

"Diperkirakan 13 juta ton serat sintetis dialihkan ke laut setiap tahun," tutur Sandor.

Sementara sustainable designer, Jourdan Norcose, memaparkan bahwa setiap perancang busana harus lebih waspada terhadap beberapa jenis vegan leather yang mengandung plastik.

"Kulit vegan dengan benih plastik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai, jadi sebenarnya lebih buruk dampaknya bagi bumi," ujar Jourdan.

Solusinya, ketika membeli vegan leather, sebaiknya kamu tanyakan pada penjual mengenai bahan utama produk tersebut.

Pasalnya, selain plastik, Kawan Puan masih bisa menerapkan gaya hidup melalui vegan leather dengan membeli produk klaim natural vegetable.

"Produk kulit yang dikombinasikan dengan tanin sayuran dapat terutai secara alami, dan aman bagi lingkungan," tutur Maj-la Pizzelli, creative director ATP Atelier.

Wah, ternyata vegan leather tidak semuanya ramah lingkungan ya, Kawan Puan.

Maka, Kawan Puan bisa lebih memerhatikan bahan dari vegan leather, apakah dengan kandungan plastik atau tidak.

(*)

Baca Juga: Harga hingga Tampilannya, Ini 6 Perbedaan Kulit Asli, Bonded, dan Sintetis

Sumber: Harpers Bazaar,wwd.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

3 Warna Baju yang Perlu Dihindari Saat Cuaca Panas, Bikin Makin Gerah