Pekerja yang WFH Berisiko Mengalami Atrofi Otot, Penyakit Apa Itu?

Anna Maria Anggita - Sabtu, 22 Januari 2022
Pekerja WFH berisiko mengaami atrofi otot
Pekerja WFH berisiko mengaami atrofi otot Aleksandr Kirillov

Parapuan.co - Salah satu gangguan yang berisiko pada tubuh manusia ketika work from home (WFH) atau bekerja dari rumah adalah atrofi otot.

Kondisi atrofi otot ini bisa terjadi karena kamu terus-menerus duduk dalam jangka waktu yang lama.

Memangnya apa itu atrofi otot?

Dilansir dari Medical News Today, atrofi otot mengacu pada hilangnya jaringan otot.

Di mana otot yang mengalami atrofi tampak lebih kecil dari biasanya.

Ada berbagai hal yang dapat menyebabkan terjadinya atrofi otot seperti:

- Kurangnya aktivitas fisik karena cedera atau penyakit

- Gizi buruk

- Genetika

Baca Juga: Ini Rangkaian Pemeriksaan Jelang Menopause untuk Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

- Kondisi medis tertentu semuanya dapat menyebabkan atrofi otot.

Atrofi otot dapat terjadi setelah lama tidak aktif, sebab jika otot tidak digunakan, tubuh pada akhirnya akan memecah jaringan otot untuk menghemat energi.

Atrofi otot yang berkembang karena tidak aktif dapat terjadi jika seseorang tidak bergerak saat mereka pulih dari penyakit atau cedera.

Gejala atrofi otot

Gejala atrofi otot sangat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kehilangan otot.

Selain massa otot berkurang, gejala atrofi otot meliputi:

1. Memiliki satu lengan atau kaki yang terasa lebih kecil dari yang lain

2. Mengalami kelemahan pada satu anggota badan atau secara keseluruhan

Baca Juga: Berapa Batas Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak per Hari? Ini Penjelasannya

3. Mengalami kesulitan menyeimbangkan tubuh

4. Tetap merasa tidak aktif untuk waktu yang lama

Perawatan atrofi otot

Perawatan untuk atrofi otot bervariasi tergantung pada tingkat kehilangan otot dan adanya kondisi medis yang mendasarinya.

Mengobati kondisi mendasar yang menyebabkan atrofi otot dapat membantu memperlambat perkembangan kehilangan otot, berikut ini perawatan yang dilakukan, simak ya!

1. Terapi fisik

Terapi fisik ini melibatkan gerakan peregangan dan latihan khusus dengan tujuan mencegah imobilitas.

Terapi fisik menawarkan manfaat berikut untuk orang yang mengalami atrofi otot:

  • Mencegah imobilitas
  • Meningkatkan kekuatan otot
  • Meningkatkan sirkulasi
  • Mengurangi kelenturan, yang menyebabkan kontraksi otot terus menerus

Baca Juga: Puan Talks: Mengenal Perbedaan Postpartum Depression dan Baby Blues

 2. Stimulasi listrik fungsional

Stimulasi listrik fungsional (FES) adalah pengobatan lain yang efektif untuk atrofi otot. 

Diketahui pengobatan ini melibatkan penggunaan impuls listrik untuk merangsang kontraksi otot pada otot yang terkena.

Selama FES, terapis terlatih menempelkan elektroda ke anggota tubuh yang mengalami atrofi.

Elektroda mengirimkan arus listrik, yang memicu gerakan di anggota badan.

3. Terapi ultrasound terfokus

Teknik ini mengirimkan pancaran energi ultrasound ke area tertentu di tubuh.

Terapi ini menggunakan alat yang merangsang kontraksi pada jaringan otot yang mengalami atrofi.

Namun demikian teknologi penting untuk ditinjau lebih dalam apakah terapi ultrasound itu efektif untuk atrofi otot.

Baca Juga: 6 Cara Mengurangi Stres pada Tangan Demi Cegah Carpal Tunnel Syndrome

4. Pembedahan

Selain ketiga pengobatan di atas, ada pula cara lain untuk mengatasi atrofi otot yakni dengan pembedahan.

Pembedahan ini meningkatkan fungsi otot pada orang yang atrofi ototnya terkait dengan kondisi otot terkait dengan neurologis, cedera, atau malnutrisi.

Dengan mengetahui ulasan di atas maka penting bagi para pekerja untuk tetap aktif meski WFH demi menghindari atrofi otot.

(*)

5 Kandungan Vitamin pada ASI yang Menunjang Perkembangan Bayi