Ilmuwan Siprus Temukan Varian Deltacron, Gabungan Delta dan Omicron

Firdhayanti - Selasa, 11 Januari 2022
Temuan varian deltacron, gabungan dari varian Covid-19 delta dan omicron.
Temuan varian deltacron, gabungan dari varian Covid-19 delta dan omicron. Rost-9D

Parapuan.co - Para ilmuwan di Siprus menemukan varian Covid-19 Deltacron, yakni gabungan dari varian Delta dan Omicron

Hal tersebut diungkapkan oleh Leonidos Kostrikis, profesor Biologi di Universitas Siprus dan kepala Laboratorium Bioteknologi dan Virologi Molekuler.

"Saat ini ada koinfeksi Omicron dan Delta dan kami menemukan jenis ini yang merupakan kombinasi dari keduanya," kata Kostrikis dalam sebuah wawancara dengan Sigma TV, Jumat (7/1/2022).

Ia mengatakan, penemuan itu dinamai "deltacron" karena identifikasi tanda-tanda genetik mirip Omicron dalam genom Delta. 

Sebanyak 25 kasus baru varian Deltacron tersebut telah diidentifikasi dan dianalisis. 

Diketahui bahwa frekuensi relatif infeksi Deltacron lebih tinggi di antara pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 dibandingkan dengan yang tidak. 

Adapun 25 kasus dikirim ke GISAID, database internasional yang melacak perubahan virus pada Jumat (7/1/2022) waktu setempat. 

Meskipun begitu, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai varian Deltacron ini. 

"Kita akan melihat di masa depan jika jenis ini lebih patologis atau lebih menular atau apakah akan menjadi lebih dominan, atas Delta dan Omicron," kata Leonidos. 

Baca Juga: Pemerintah Ubah Lama Karantina dari Luar Negeri Menjadi 7 Hari

Infeksi Covid-19 biasanya hanya melibatkan satu strain muatan. 

Akan tetapi, dalam kasus yang sangat jarang, dua varian dapat menyerang secara bersamaan. 

Jika ini juga menginfeksi sel yang sama, mereka mungkin dapat bertukar DNA dan bergabung untuk membuat varian baru virus corona.

Dalam Kompas.com, pemimpin Moderna, perusahaan pembuat vaksin, Dr. Paul Burton,  pada bulan lalu mengingatkan tentang muatan hibrida. 

Dikhawatirkan olehnya, muatan hibrida ini akan lebih buruk daripada virus yang saat ini melanda. 

Ia memperingatkan tingginya jumlah Delta dan Omicron membuat kombinasi itu mungkin terjadi.

Kepada anggota parlemen di Komite Sains dan Teknologi, ia menyebut virus dapat bertukar gen dan memicu varian yang lebih berbahaya.

Para peneliti telah memperingatkan bahwa peristiwa-peristiwa ini, yang secara ilmiah disebut 'peristiwa rekombinasi', mungkin terjadi.

Tetapi, itu memerlukan kondisi yang sangat spesifik dan kebetulan dari sebagian besar peristiwa yang tidak dapat dikendalikan.

Baca Juga: Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan: Menstruasi Telat setelah Vaksin Covid-19? Ini Penjelasannya

Hanya tiga varian Covid yang dibuat oleh virus bertukar gen yang sebelumnya telah dicatat.

Virus tersebut sebagian besar mengandalkan mutasi acak untuk membuat lebih banyak varian. 

Selama dua bulan, varian baru tidak muncul ketika varian Delta hadir mengalahkan varian Alpha melalui metode ini. 

Pada akhir Januari 2021, peristiwa rekombinasi terjadi di Inggris. 

Saat itu, varian Alpha bergabung dengan varian B.1.177 yang pertama kali muncul di Spanyol. 

Para ilmuwan di Clifornia telah mengidentifikasi varian rekombinasi jalur Kent yang bergabung dengan B.1.429. 

Strain baru ini juga menyebabkan sangat sedikit kasus, dan dengan cepat menghilang.

Covid-19 sebagian besar mengandalkan mutasi acak untuk mengembangkan varian baru.

Baca Juga: BPOM Beri Izin Darurat 5 Vaksin Covid-19 Jadi Booster, Berikut Daftarnya

Ini terjadi ketika virus membuat salinan dirinya sendiri dan kesalahan muncul pada gennya. 

Pada beberapa kasus, perubahan ini tidak berbahaya. 

Akan tetapi, beberapa kasus dapat lebih mudah menular atau kebal vaksin Covid-19. 

Diperkirakan bahwa varian Omicron muncul pada infeksi yang menetap pada orang yang sistem kekebalannya terganggu.

Itu memungkinkan virus untuk bermutasi beberapa kali, sehingga dapat lebih menginfeksi manusia dan menghindari kekebalan sebelumnya.

(*)

Sumber: Kompas.com,NDTV
Penulis:
Editor: Linda Fitria