Bahas Kesetaraan, Sri Mulyani Sebut Butuh 100 Tahun Tutup Gender Gap

Arintha Widya - Rabu, 22 Desember 2021
Sri Mulyani mengatakan bahwa butuh waktu lama untuk menutup masalah gender gap yang ada sekarang ini.
Sri Mulyani mengatakan bahwa butuh waktu lama untuk menutup masalah gender gap yang ada sekarang ini. Youtube.com/Google Indonesia

Parapuan.co - Isu kesetaraan gender masih menjadi persoalan yang bisa dibilang tak mudah untuk diatasi di Indonesia.

Pasalnya meski kesetaraan gender sejak lama sudah digaungkan, nyatanya hingga kini masih ada gap atau kesenjangan antara perempuan dan laki-laki.

Kesenjangan tersebut meliputi berbagai segi kehidupan, mulai dari perekonomian sampai keterlibatan perempuan di kancah politik.

Untuk menutup gender gap atau kesenjangan gender ini tentu diperlukan banyak langkah dan semuanya tidaklah mudah.

Bahkan menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, butuh hampir 100 tahun untuk menutup gender gap.

Baca Juga: Ini Hal yang Perusahaan Bisa Lakukan untuk Menutup Kesenjangan Gender di Tempat Kerja

 

Hal tersebut ia sampaikan dalam webinar bertajuk "Capital Market Women Empowerment Forum", Rabu (22/12/2021) yang disiarkan di YouTube.

Sri Mulyani menambahkan, alasannya ialah karena perempuan masih tertinggal di banyak sisi.

"Karena perempuan masih tertinggal dari sisi perekonomian, pemberdayaan, dan pengambilan keputusan," terang Sri Mulyani.

Pihaknya juga menjelaskan, meski Indonesia tampak menonjol dalam hal kesetaraan gender, yang terjadi di lapangan tidaklah demikian.

Ia pun mencontohkan partisipasi perempuan di kancah politik, walau ada enam menteri perempuan di kabinet Jokowi.

 

Perempuan kelahiran 1962 itu menilai, tingkat partisipasi perempuan secara nasional rata-rata masih rendah.

Sri Mulyani menyebut, partisipasi hanya sekitar 54% dibandingkan laki-laki yang mencapai 82%.

Bukan itu saja, gender gap juga terjadi dari segi gaji atau upah yang berbeda antara perempuan dan laki-laki.

"Gender gap masih terjadi dari sisi gaji yang diterima perempuan, meskipun pada level yang sama posisinya, gajinya akan lebih rendah dibandingkan laki-laki," ucap Sri Mulyani.

Hal itu tidak hanya ditemui di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia, di mana gender equality memang belum sepenuhnya terwujud.

Untuk itu, saat ini baik di Indonesia maupun global, sedang diupayakan kesetaraan melalui pemberdayaan perempuan dalam kebijakan pemerintah.

Sri Mulyani berharap, perempuan yang berdaya bisa memberikan kontribusi dalam memastikan keberlanjutan bisnis pada berbagai sektor di Tanah Air.

Tak cukup sampai di situ, ia berharap pula adanya kesetaraan gender mampu memberi kontribusi nyata bagi pengembangan keuangan berkelanjutan.

Baca Juga: 9 Fakta Pandangan Perempuan Asia Soal Kesetaraan Gender di Tempat Kerja

 

"Di masa mendatang, kesetaraan gender diharapkan dapat tercapai dan perempuan dapat lebih berperan dalam memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan keuangan berkelanjutan secara nasional," tambahnya.

Lebih lanjut, gender equality alias kesetaraan gender sendiri menjadi salah satu fokus BEI (Bursa Efek Indonesia) mencapai sustainable development goals.

Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan di bidang ekonomi juga ikut berperan dalam menutup gender gap dan mendukung partisipasi aktif perempuan.

Mudah-mudahan, usaha menutup gender gap di Tanah Air perlahan terwujud meski butuh waktu yang tidak sebentar.

(*)

Sumber: YouTube,Kompas
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania