Cerita Gita Savitri Soal Perbedaan Kuliah di Dalam dan Luar Negeri

Aulia Firafiroh - Jumat, 24 Desember 2021
Gita Savitri
Gita Savitri instagram

Parapuan.co- Salah satu influencer asal Indonesia yang kini tinggal di Jerman, Gita Savitri menjadi salah satu pembicara di acara Women's Economic Empowerment yang diadakan oleh Ternak Uang.

Pada Jumat (17/12/2021), Gita berbagi cerita mengenai profesinya yang saat ini menjadi seorang ahli kimia di sebuah perusahaan skincare.

"Aku lebih suka disebut sebagai seorang Chemist Skincare daripada influencer atau penulis. Memang sih, dari pekerjaan influencer dan penulis, aku mendapatkan uang juga," ujar perempuan yang akrab disapa Gita Sav ini.

Tak hanya itu, Gita yang merupakan lulusan salah satu universitas di Jerman, juga menceritakan perbedaan kuliah di luar negeri dan di dalam negeri yang kerap menjadi pertanyaan banyak orang.

Baca juga: Sebagai Anak Muda, Ini 3 Cara Berkontribusi pada Negara Ala Gita Sav

"Kan aku dari background IPA yang belajar sains, fisika, kimia, dan matematika. Murid-muridnya terkenal pasif dan hanya berkutat pada rumus. Tapi itu berbeda ketika aku sekolah di luar negeri," ujar Gita mengawali cerita.

"Keep in mind, aku dulu sekolah di salah satu sekolah SMA negeri yang berada di Jakarta pada tahun 2009. Saat itu kurikulum belum seprogresif sekarang," tambah penulis buku Rentang Kisah ini.

Setelah itu, Gita menceritakan perbedaan proses belajar mengajar antara Indonesia dengan luar negeri.

 

"Aku ngerasa di Indonesia dulu itu, proses belajar mengajarnya too much theory, too much lecturing. Aku cuma ke sekolah dan duduk. Dan aku tidak merasa diriku berpartisipasi di dalam proses belajar mengajar. Makanya pas aku di Jerman, kelihatan banget perbedaannya," cerita Gita Sav.

Saat menuntut ilmu di luar negeri, Gita Sav merasa dirinya mulai berkembang dan bisa berpartisipasi untuk menyampaikan pendapat.

"Ketika aku sekolah di luar negeri, aku tidak hanya duduk dan menghafal rumus. Aku juga menganalisa masalah dan berdiskusi dengan teman-temanku di kelas. Jadi ketika di Jerman, aku bisa menjadi mahasiswa yang aktif," ujar istri Paul ini.

"Nah, di Jerman aku nggak hanya disuruh mikir soal rumus. Aku juga disuruh untuk berpikir dan menganalisa. Jadi nggak cuma schooling aja," tambahnya.

Baca juga: Mengenal Gita Savitri Devi, Influencer yang Juga Blogger dan YouTuber

Gita mengaku lebih mengagumi proses belajar mengajar di Jerman ketimbang di dalam negeri.

"Jadi bedanya, pendidikan di Indonesia ke schooling tapi kalau di Jerman, nggak hanya schooling aja, tapi practical dan learning juga. Dan yang aku suka lagi, di Jerman, we are given choices," kata owner brand Tesavara ini.

Pasalnya, menurut Gita tidak semua orang suka untuk belajar teori.

Ada beberapa dari mereka yang lebih menyukai untuk belajar praktik langsung.

"Contohnya, kalau pendidikan di Indonesia itu terlalu fokus ke satu cara saja, sedangkan kalau di Jerman habis lulus SD, SMP, dan SMA, jika mereka nggak suka belajar teori, nantinya mereka akan belajar secara praktik di gymnasium," jelas Gita.

Di Jerman, mereka yang memilih untuk tidak melanjutkan ke jenjang universitas namun ke sekolah yang mengajarkan praktik langsung bekerja, tetap mendapatkan kesempatan kerja

"Kesempatan kerja mereka juga sama seperti orang yang ada di universitas. Dan mereka juga mendapatkan apresiasi sosial yang sama," ujarnya lgi.

Namun Gita melihat hal yang berbeda dari Indonesia saat ada orang yang memutuskan untuk tidak melanjutkan ke jenjang universitas.

Baca juga: Selain Gita Savitri, Ini 6 Public Figure yang Memutuskan untuk Childfree

"Tapi beda kalau di Indonesia, lulusan universitas itu dianggap punya prestise. Selain itu juga, kualitas universitasnya berbeda-beda," kata Gita.

Berbeda dengan di Indonesia, menurut Gita, pelajar di Jerman yang merupakan lulusan dari universitas desa maupun kota tetap bisa bersaing secara setara di dunia kerja.

"Di Jerman, pelajar yang merupakan lulusan dari desa (dorf) maupun dari kota tetap bisa bersaing. So, there's no so much different from what I see. Tapi sayangnya kesempatan setara ini belum tercapai sih kalau di Indonesia," ujar Gita.

Gita juga memberikan motivasi kepada orang-orang untuk mengambil pendidikan di luar negeri jika mereka memiliki kesempatan.

"Kalau kamu punya kesempatan, coba kuliah ke luar negeri," seru Gita dengan semangat.

Bukan tanpa alasan, bagi perempuan berjilbab tersebut, kuliah di luar negeri akan memberikan banyak pengalaman hidup untuk belajar menjadi lebih baik.

"Ketika kamu berada di luar negeri, itu bukan hanya soal pendidikan. Itu juga mengenai segalanya termasuk mentalmu. Terus di sana nanti kita tinggal sendiri. Dan itu so life changing banget!," kata Gita.

Baca juga: Selain Rachel Vennya, 3 Selebgram dan Artis Ini Juga Korban Bully Forum Online

Kemudian, Gita juga menceritakan manfaat bersekolah di luar negeri bagi pengembangan diri.

"Itu bener-bener changing my point view of life, terus network aku semakin bertambah dan ketemu banyak orang dengan berbagai background. Nah cerita-cerita dari mereka itu bisa jadi pengetahuan," jelas Gita.

"Secara otomatis, ketika kita sekolah di luar negeri dan sendirian, tiba-tiba jadi survival mode gitu, yang nantinya akan membentuk kita jadi lebih kuat, kreatif, dan lebih resilience," tambahnya.

Setelah membaca cerita Gita Sav ini, apakah Kawan Puanmenjadi tertarik untuk bersekolah di luar negeri? (*)

 

 

 

 

 

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh