Sebagai Anak Muda, Ini 3 Cara Berkontribusi pada Negara Ala Gita Sav

Aulia Firafiroh - Rabu, 22 Desember 2021
Gita Sav
Gita Sav kompas

Parapuan.co- Sosok Gita Savitri atau yang akrab disapa Gita Sav tidak hanya dikenal dengan penampilan menariknya, tapi juga wawasannya yang luas.

Perempuan berjilbab itu kerap membagikan pandangannya seperti opini melalui sosial media dan YouTube miliknya.

Kali ini, Gita diundang sebagai pembicara di acara Women's Economic Empowerment yang diadakan oleh Ternak Uang pada Jumat (17/12/2021).

Dalam acara itu, Gita memberikan beberapa tips mudah berkontribusi untuk negara

Baca juga: Mengenal Gita Savitri Devi, Influencer yang Juga Blogger dan YouTuber

Tak hanya itu, istri Paul ini juga menyampaikan pemikirannya tentang seberapa penting pendidikan dalam pembangunan negeri.

"Pembangunan dan pendidikan keduanya sangat berhubungan. Menurutku, salah satu investasi yang bisa negara bisa berikan untuk pembangunan negara adalah pendidikan. Pendidikan bukan hanya soal sekolah atau pendidikan formal. Tapi juga bisa pendidikan informal juga. Supaya penduduknya juga lebih terbuka pikirannya, kreatif, inovatif, lalu kalau hidup punya value dan peduli kepada kesehatannya. Jika orang-orang di negara jadi lebih berpendidikan, maka mereka akan lebih produktif dan akhirnya memberikan kontribusi kepada negara," jelas perempuan yang kini berprofesi sebagai beauty chemist di Jerman.

Gita juga berpendapat bahwa berinvestasi pada sumber daya manusia memang sangat penting dan perlu dilakukan.

"Contohnya aku sangat concern terhadap isu kekerasan seksual saat ini. Kalau misalnya orang berpendidikan aware soal isu ini, mereka akan menciptakan safe place untuk perempuan dan kemudian bisa berpartisipasi membangun ekonomi negara," jelas Gita Sav.

Dalam acara itu, Gita Sav juga menyampaikan tiga cara yang bisa anak muda lakukan untuk berkontribusi kepada Negara.

Simak, ulasannya di bawah ini!

1) Tingkatkan kualitas diri

Bagi Gita Sav, sangat penting untuk meningkatkan kualitas diri.

Meningkatkan kualitas diri bukan hanya soal pendidikan, tetapi bisa dilakukan dengan banyak membaca buku atau belajar sesuatu lewat pengalaman.

Hal itu juga disampaikan juga oleh Gita Sav, bahwa kita bisa meningkatkan kualitas diri sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.

"Pertama, tingkatkan kualitas pribadi. Tapi kalau bicara soal pendidikan di Indonesia tidak bisa lepas dari yang namanya privilese. Contoh kita menyukai sosok Maudy Ayunda yang cantik, sukses, dan pintar. Tentu saja apa yang ia dapatkan karena privilese selain kerja kerasnya. Meningkatkan kualitas diri nggak harus seperti Maudy Ayunda. Kita bisa sukses with our own way," ujar Gita Sav.

Baca juga: Selain Gita Savitri, Ini 6 Public Figure yang Memutuskan untuk Childfree

2) Mengontrol konsumsi pengetahuan di sosial media

Kemajuan digital membuat pengguna sosial media dan menjadikannya sebagai tempat sumber informasi.

Sayangnya, banyak informasi salah kaprah dan hoax di sosial media.

Tentu kita tidak bisa membatasi penyebaran informasi salah tersebut, namun kita bisa mengontrol apa yang kita konsumsi di sosial media.

Saat ini banyak influencer atau public figure yang memberikan informasi edukatif, kredibel, dan motivatif.

"Kita juga bisa menggunakan sosial media untuk meningkatkan kualitas diri. Contoh, aku kan concern di isu human rights dan women rights. Nah, aku menjadikan platform sosial mediaku sebagai tempat edukasi. Dari sosial media itu, kita bisa meningkatkan kualitas diri dengan menambah pengetahuan. Kita juga perlu mengontrol konsumsi diri di sosial media," kata perempuan lulusan Universitas Bebas Berlin.

3) Meningkatkan kemampuan bahasa asing

Bagi Gita Sav, meningkatkan kemampuan di bahasa asing khususnya bahasa Inggris adalah hal yang penting.

Pasalnya banyak jurnal oengetahuan atau sumber penelitian yang menggunakan bahasa Inggris.

Tak heran jika bahasa Inggris akhirnya menjadi bahasa yang universal.

"Selain itu penting sekali untuk meningkatkan kemampuan di bahasa, karena kebanyakan sumber pengetahuan itu berbahasa Inggris, meski ada juga yang dari bahasa Indonesia," ujar Gita Sav. (*)

 

 

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh