Efek Kekerasan pada Perempuan secara Seksual bagi Otak dan Tubuh

Putri Mayla - Jumat, 10 Desember 2021
Menurut pakar, kekerasan pada perempuan secara seksual dapat memiliki efek negatif pada tubuh dan otak.
Menurut pakar, kekerasan pada perempuan secara seksual dapat memiliki efek negatif pada tubuh dan otak. KatarzynaBialasiewicz

Parapuan.co - Kekerasan pada perempuan secara seksual memiliki konsekuensi psikologis bagi para korban.

Salah satu di antaranya yakni gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Terlebih lagi, korban kerap kali malu atau takut berbicara mengenai kekerasan ini.

Seperti yang kita ketahui, kekerasan terhadap perempuan dan anak marak terjadi saat ini.

Melansir Everydayhealth, dalam satu penelitian yang dipresentasikan pada konferensi NAMS, 145 perempuan paruh baya (dengan usia rata-rata 59) tanpa bukti medis stroke, demensia, atau tanda-tanda lain dari masalah pembuluh darah ditanya tentang riwayat trauma mereka.

Tekanan darah, indeks massa tubuh, dan indikator lainnya pun turut diukur.

Baca Juga: 5 Upaya Membantu Korban Kekerasan pada Perempuan di Ranah Domestik

Untuk mengetahui efek kekerasan pada perempuan secara seksual, otak perempuan itu kemudian dicitrakan untuk hiperintensitas materi putih atau white matter hyperintensities (WMH).

WMH adalah penanda penyakit pembuluh darah kecil otak dan dapat dideteksi beberapa dekade sebelum serangan stroke, demensia, dan gangguan lainnya.

Semakin banyak WMH, maka semakin besar kemungkinan untuk masalah di kemudian hari.

Sekitar 68 persen perempuan dalam penelitian tersebut melaporkan bahwa mereka telah mengalami setidaknya satu trauma, 23 persen dengan trauma kekerasan seksual yang paling umum. 

Perempuan dengan paparan trauma kejahatan seksual dapat meningkatkan volume WMH dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalaminya, hasil ini dapat menyebabkan PTSD atau depresi.

 

Kekerasan pada perempuan secara seksual juga dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Masih melansir Everydayhealth, dalam studi kedua para ilmuwan mencari tahu melalui database penelitian ilmiah yang ada untuk menyebutkan kekerasan seksual dan penyakit kardiovaskular.

Sekitar 41 penelitian yang mencakup hampir dua juta orang dewasa (tiga perempat dari mereka perempuan) akhirnya dievaluasi.

Para peneliti menemukan bahwa kekerasan seksual berkorelasi dengan peningkatan insiden penyakit kardiovaskular di usia paruh baya.

Waktu terjadinya kekerasan memainkan peran, dengan efek yang lebih besar terlihat pada mereka yang kekerasan seksualnya terjadi di masa kanak-kanak.

Baca Juga: PTSD Akibat Kekerasan pada Perempuan secara Seksual, Kenali Gejalanya

Selanjutnya, pelecehan seksual dapat menempatkan perempuan pada risiko kesehatan otak yang buruk di kemudian hari.

Perempuan yang memiliki riwayat penyerangan memerlukan peningkatan kewaspadaan untuk mengurangi risiko stroke dan demensia, seperti yang diungkapkan Dr. Thurston, penulis utama studi WMH.

Dokter harus mempertimbangkan riwayat serangan seksual ketika mempertimbangkan risiko stroke atau demensia seorang perempuan dengan menanyakan tentang riwayat ini.

Tetapi hal ini membutuhkan waktu dan kepercayaan pasien sebelum mengungkapkan riwayat ini.

Terlebih lagi jika dengan riwayat trauma kejahatan seksual.

Berdasarkan hasil penyakit jantung, memberi tahu ahli jantung tentang riwayat trauma dapat membantu dokter memantau kesehatan kardiovaskular dengan baik, ungkap Allison E. Gaffey, PhD, rekan peneliti dalam kedokteran perilaku kardiovaskular di Yale School of Medicine di New Haven, Connecticut.

"Ahli jantung memahami bahwa risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada perempuan muncul dari faktor tradisional dan nontradisional," kata Dr. Allison.

Berbagi riwayat trauma dikatakan "dapat membantu penyedia layanan untuk lebih memahami risiko seorang perempuan."

Pendapat tersebut juga dapat memungkinkan seorang perempuan untuk menerima perawatan yang lebih sensitif terhadap trauma selama pemeriksaan fisik.

Lebih lanjut, mendapatkan rujukan yang diinginkan untuk kesehatan mental atau layanan lain jika mereka melakukannya.

Baca Juga: Kenali 15 Bentuk Kekerasan pada Perempuan secara Seksual, Apa Saja?

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat serangan seksual tidak boleh meremehkan riwayat trauma di otak dan tubuh mereka.

Jika Kawan Puan mengalami serangan seksual, kamu perlu merasa nyaman berbagi dengan penyedia layanan kesehatan.

Pasalnya, peningkatan risiko pada jantung dan pembuluh darah perempuan berkaitan dengan trauma yang mereka miliki.

Sangat penting bagi perempuan dengan riwayat kekerasan seksual untuk memperhatikan faktor risiko lain untuk kondisi ini.

Seperti tekanan darah tinggi, gula darah, dan kolesterol.

Sehingga, hal ini dapat menjadi perhatian untuk penanganan korban kekerasan pada perempuan.

(*)

Sumber: everydayhealth
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania

BERITA TERPOPULER WELLNESS: Manfaat Tinju untuk Kesehatan hingga Daftar Festival Budaya Hong Kong Mei 2024