Penting! Ini Panduan Jurnalis dalam Memberitakan Kasus Kekerasan terhadap Perempuan

Ardela Nabila - Jumat, 26 November 2021
Panduan jurnalis dalam memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan.
Panduan jurnalis dalam memberitakan kasus kekerasan terhadap perempuan. coehm

Parapuan.co - Kawan Puan, Kamis (25/11/2021) kemarin merupakan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.

Dalam hal kasus kekerasan terhadap perempuan, jurnalis memiliki peran yang sangat besar untuk menyampaikan pesan penting kepada masyarakat melalui media.

Tak bisa asal, terdapat sejumlah aturan yang harus diperhatikan oleh jurnalis ketika meliput atau memberitakan soal isu ini.

Pasalnya memang, isu mengenai kekerasan terhadap perempuan merupakan pembahasan yang sensitif, sehingga membutuhkan perspektif yang tepat.

Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Yayasan Care Peduli (YCP) dan UN Women, Cresti Fitriana, National Project Officer Communications and Informations dari UNESCO Jakarta memaparkan sejumlah panduan penting untuk jurnalis.

Baca Juga: Maria Ressa: Saya Kerap Diancam dan Ditembak Sebagai Jurnalis

Paduan tersebut mencakup beberapa standar bagi jurnalis dalam peliputan terhadap perempuan dan anak.

Menurut Cresti, seorang jurnalis perlu memiliki refleksi sebelum pada akhirnya menulis atau meliput berita tentang kasus korban kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Mulai dari judul, pemilihan kata-kata, gambar yang dipilih sebagai cover, sampai bagaimana jurnalis tersebut berbicara dengan korban.

“Bagaimana ketika mereka menyusun berita tersebut, seperti apa kata-kata yang dipilih, gambar, judul, dan juga seperti apa kasus tersebut dapat di-frame, bagaimana cara mereka berbicara dengan survivor,” ujar Cresti, Kamis (25/11/2021).

“Judul itu sangat berperan penting. Ketika judul tersebut tidak diperhatikan dengan baik, tidak direfleksikan dulu, maka media dapat memperparah kasus kekerasan terhadap perempuan itu,” paparnya.

Melalui acara bertajuk Ubah Narasi: Peran Media dalam Pencegahan Kekerasan terhadap Perempuan itu, Cresti juga menjelaskan bagaimana jurnalis seharusnya bisa menerapkan jurnalisme solusi.

Artinya, alih-alih menempatkan korban di dalam posisi yang merugikan, seorang jurnalis justru memiliki kesempatan besar untuk memberikan edukasi kepada masyarakat luas tentang kekerasan terhadap perempuan.

“Di sini jurnalis dan jurnalisme sebenarnya memiliki kesempatan ketika berkontribusi ketika menggunakan sudut pandang solutions journalism tersebut,” imbuhnya.

“Misalnya akan sangat penting mencantumkan resources dan informasi yang diberikan dalam sebuah artikel tentang bantuan-bantuan yang dapat diakses oleh korban kekerasan,” katanya lagi.

Baca Juga: Pentingnya Mencantum Hak Korban Kekerasan Seksual di Kontrak Kerja Menurut Lola Amaria

Cresti kemudian melanjutkan, ketika media melalui jurnalis bisa memberikan akses terhadap informasi yang akurat dan tepat, maka korban kekerasan seksual dapat mendapatkan bantuan.

Maka dari itu, penting bagi para jurnalis untuk mencantumkan informasi berkaitan dengan bantuan yang bisa didapat oleh perempuan korban kekerasan.

Sebagai contoh, informasi tentang organisasi yang melakukan promosi anti kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta apa saja perlindungan yang bisa mereka dapatkan.

“Informasi ini akan sangat berguna, tidak hanya untuk korban, tetapi juga masyarakat luas,” tutup Cresti Fitriana. (*)

Penulis:
Editor: Rizka Rachmania