Akibat Pandemi, Hampir 12 Juta Perempuan Kehilangan Akses ke Kontrasepsi

Rizka Rachmania - Selasa, 28 September 2021
Pandemi membuat banyak perempuan kehilangan akses ke kontrasepsi hingga menghasilkan kehamilan tidak direncanakan.
Pandemi membuat banyak perempuan kehilangan akses ke kontrasepsi hingga menghasilkan kehamilan tidak direncanakan. nd3000

Parapuan.co - Pandemi membawa banyak dampak dalam kehidupan kita. Termasuk salah satunya akses perempuan ke kontrasepsi.

Data terbaru dari United Nations Population Fund (UNFPA) pada bulan Maret 2021 mengungkapkan bahwa ada hampir 12 juta perempuan yang kehilangan akses ke kontrasepsi.

Hilangnya akses perempuan ke kontrasepsi disebabkan oleh gangguan yang diakibatkan pandemi.

Alhasil, hal tersebut menyebabkan terjadinya 1,4 juta kehamilan yang tidak diinginkan.

Kehamilan tidak diinginkan ini pun bukan hanya pada pasangan belum menikah, tapi juga yang sudah menikah.

Baca Juga: Mengenal 4 Jenis dan Alat Kontrasepsi Non-Hormonal Selain Kondom

Kalis Mardiasih, salah seorang aktivis perempuan di Indonesia mengatakan bahwa kehamilan tidak diinginkan selalu dihubungkan dengan yang belum menikah, padahal pada pasangan yang sudah menikah lebih tinggi.

"Di Indonesia, ibarat kalau ada 100 kehamilan, 17 kehamilan mengaku tak direncanakan. Ya kita tahu, pasangan usia subur nikah tanpa edukasi juga banyak," tulis Kalis dalam unggahan Twitter-nya.

 

Kalis pun mengungkap apa saja dampak buruk kehamilan yang tidak direncanakan, mulai dari tubuh perempuan kaget karena hamil tanpa persiapan, hingga persoalan kesehatan, sosial dan ekonomi pasca melahirkan.

Beberapa orang perempuan Indonesia dalam unggahan Kalis Mardiasih pun membagikan ceritanya tentang kehamilan tidak direncanakan ini.

Mereka mengaku bahwa kehamilan yang tidak direncanakan sangat memengaruhi kondisi kehidupan perempuan.

 

Hal ini menjadi ironi sebab tanggal 26 September lalu kita baru saja memperingati Hari Kontrasepsi Internasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran pentingnya alat kontrasepsi.

Meski kehamilan umumnya diinginkan oleh pasangan yang sudah menikah, namun tidak menutup kemungkinan ada yang ingin menunda atau tidak ingin memiliki momongan.

Oleh karena itu, pengetahuan mengenai alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan perlu dimiliki oleh setiap orang.

Dengan begitu tidak menyebabkan kehamilan di luar rencana jika setiap orang baik itu perempuan maupun laki-laki sadar akan pentingnya menggunakan alat kontrasepsi.

Baca Juga: Hari Kontrasepsi Sedunia, Berikut 4 Jenis Alat Kontrasepsi Hormonal

UNFPA menyebutkan bahwa selama pandemi hampir 12 juta perempuan di 115 negara kehilangan akses ke layanan keluarga berencana.

"Kehamilan tidak berhenti karena pandemi, atau krisis apa pun. Kita harus memastikan bahwa perempuan dan anak perempuan memiliki akses tanpa gangguan terhadap kontrasepsi yang menyelamatkan jiwa dan obat-obatan kesehatan ibu," ucap Direktur Eksekutif UNFPA, Dr. Natalia Kanem.

"Dampak buruk Covid-19 terhadap kehidupan jutaan perempuan dan anak perempuan dalam satu tahun terakhir menggarisbawahi betapa pentingnya memastikan kepentingan kelangsungan layanan reproduksi," kata Dr. Natalia Kanem lebih jauh.

Pandemi Covid-19 menjadi krisis kesehatan masyarakat global yang membuat sistem kesehatan global mengalihkan sumber daya dari layanan kesehatan produksi mereka.

 

Perempuan pun kehilangan akses ke layanan kesehatan karena keterbatasan mobilitas atau takut bepergian ke fasilitas kesehatan.

Di 115 negara berpenghasilan rendah dan menengah yang diteliti oleh UNFPA, perempuan menghadapi gangguan rata-rata dalam layanan keluarga berencana.

Gangguan itu terjadi pada perempuan-perempuan di 115 negara selama 3,6 bulan dalam setahun terakhir, dimana gangguan terburuk sebagian kontrasepsi pada April dan Mei.

Baca Juga: Selain Cegah Kehamilan, Ini 7 Manfaat Kontrasepsi bagi Perempuan

April 2020 lalu, penelitian UNFPA juga memperkirakan bahwa lockdown tiga bulan karena Covid-19 menyebabkan antara 13 sampai dengan 14 juta perempuan kehilangan akses ke kontrasepsi.

UNFPA pun menanggapi kondisi tersebut dengan memastikan stok dan ketersediaan kontrasepsi modern bisa diakses oleh perempuan. (*)

Sumber: Twitter,UNFPA
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania