Mengenal Silent Treatment, Kekerasan Pada Perempuan dalam Emosional

Ratu Monita - Sabtu, 18 September 2021
Kekerasan pada perempuan secara emosional, salah satunya silent treatment.
Kekerasan pada perempuan secara emosional, salah satunya silent treatment. narith_2527

Tanda-tandanya

Melihat kebanyakan orang tidak menyadari jika dirinya telah mengalami silent treatment, terdapat tanda-tada bahwa perlakukan ini telah melewati batas ke arah kekerasan, melansir dari laman Healthline.

Salah satu tandanya adalah perlakuan silent treatment ini sering terjadi dan berlangsung dalam waktu yang lama.

Selain itu, perlakuan ini ditujukan sebagai hukuman, bukan untuk menenangkan diri dan memperbaiki hubungan.

Lebih dari itu, silent treatment ini dinilai kekerasan saat perlakuan tersebut berakhir ketika korban meminta maaf, memohon, atau bahkan hingga menyerah pada tuntutan yang diberikan.

Baca Juga: Efek Kesehatan Jangka Panjang Akibat Kekerasan Terhadap Perempuan

Dampak silent treatment

Perlakuan silent treatment ini tentu saja memberikan dampak bagi orang yang mendapatkan perlakukan tersebut. 

Beberapa dampak yang dialami dapat berupa bingung atau ketakutan, marah, merasa dikucilkan, merasa tidak dihargai atau dicintai, frustasi, dan kewalahan menghadapi masalah tersebut.

Faktanya, hal tersebut hanya termasuk dampak jangka pendek, karena jika tindakan pengabaian ini telah dilakukan berulang kali maka dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, loh. 

Dikutip dari laman Healthline, terdapat sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa korban akan merasa dikucilkan sehingga dapat mengurangi self-esteem dan rasa saling memiliki.

Lebih lanjut lagi, silent treatment ini dapat membuat korban merasa seperti tidak memiliki kendali atas diri sendiri.

Namun, efek ini cenderung terasa jika pelaku silent treatment merupakan seseorang yang dekat dengan korban dan menjadi tindakan pengabaiak hanya sebagai bentuk hukuman.

Menyadari tindakan silent treantment sebagai kekerasan pada perempuan, maka bagi kamu yang biasanya memperlakukan orang terdekat seperti ini setidaknya dapat secara perlahan mengurangi kebiasaan ini.

(*)

Sumber: Healthline,Good Therapy
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami