Tanda-Tanda Orang Tua Posesif dan Suka Mengkhawatirkan Segalanya

Ericha Fernanda - Selasa, 31 Agustus 2021
Ciri-ciri orang tua posesif dan sering alami kecemasan.
Ciri-ciri orang tua posesif dan sering alami kecemasan. Sasiistock

Parapuan.co - Merawat tumbuh kembang anak dengan baik adalah tujuan dari setiap orang tua.

Tapi hal ini bukan berarti menghindarkan mereka dari setiap tantangan untuk menjadikannya dewasa.

Begitu juga saat anak-anak mencoba bereksplorasi dan belajar hal baru, ini tidak berarti pula orang tua harus mengawasinya secara terus-menerus dan mengarahkan perilakunya sesuai keinginannya.

Bukanlah hal yang bijak jika kecemasan orang tua menjadi dasar pengasuhan anak, mengkhawatirkan segalanya agar anak tidak terluka atau sedih justru menimbulkan rasa takut di masa depan.

Baca Juga: Anak Tunjukkan Minat Bermusik? Kenali Karakteristik Kecerdasan Musikal pada Anak

Khawatir adalah perilaku yang lumrah bagi setiap orang tua pada anaknya, akan tetapi menjadi posesif dan berlebihan akan membuat anak tidak nyaman dengan aturan orang tuanya sendiri.

Nah, apakah Kawan Puan sebagai orang tua sering kali alami kekhawatiran berlebihan saat mengasuh anak?

Simak, tanda-tanda orang tua posesif dan mengkhawatirkan segalanya menurut Bright Side berikut.

1. Sering Membicarakan Kecemasan di Depan Anak

Orang tua yang cemas sering mengulangi informasi yang sama lebih dari sekali dan kecemasan itu selalu ditunjukkan kepada anak.

Misalnya, jika kamu melihat anjing liar sebagai ancaman dan membicarakannya dengan nada menyeramkan, pada akhirnya anak akan mengembangkan fobia.

Cara inilah yang membuatmu mentransfer ketakutan pada anak-anak.

Anak-anak yang terlalu sering dilarang biasanya lebih rentan terhadap kecemasan dan kekhawatiran.

Solusi : Dalam pengasuhan, orang tua memiliki peran memegang kendali.

Alih-alih menggambarkan anjing liar seperti monster yang menakutkan, ajari anak tentang apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat dan pastikan kamu tidak terlalu mendramatisasi.

Kendalikan emosi kamu sehingga pembicaraan tersebut tidak terdengar seperti ketakutan.

2. Mengawasi Aktivitas Anak Penuh Waktu

Orang tua yang cemas cenderung paranoid dan posesif.

Seperti memeriksa nilai mata pelajaran anak setiap hari, menonton penampilan mereka di latihan olahraga dan memastikan semuanya dilakukan dengan sangat teliti.

Akibatnya, anak akan berusaha menjadi perfeksionis dan tanpa kesalahan.

Selain itu, saat kamu mendapatkan mereka melakukan kesalahan atau nilainya turun, kamu akan marah kepadanya.

Solusi : Sadarilah bahwa sebagai orang tua kamu tidak dapat mengontrol semua yang dilakukan anak-anak.

Sebaliknya, fokus lah pada sesuatu yang mereka minati tanpa memaksa.

Misalnya, mereka menunjukkan minat bermusik, tanyakan apakah mereka ingin kursus musik untuk mengembangkan bakatnya.

Bukan malah mendorongnya untuk kursus matematika atau sepak bola yang kurang diminati.

Baca Juga: Mandiri dan PD, Ini Karakteristik Anak dengan Kecerdasan Intrapersonal

3. Memuaskan Segala Keinginan Anak

Salah satu kewajiban orang tua untuk memberikan keinginan dan memenuhi kebutuhan anaknya, tapi tidak segalanya harus dituruti.

Setiap kali anak mengamuk, kamu langsung buru-buru menghiburnya.

Bagi orang tua yang cemas, amukan biasanya berarti kebutuhan yang kuat.

Apabila mereka tidak memuaskannya, kecemasan merayapi pikiran orang tua dan menyesal karena tidak bisa memenuhinya.

 

Solusi : Alih-alih mencoba menenangkan anak saat mengamuk atau tantrum, jangan perhatikan mereka.

Sering kali amukan digunakan sebagai senjata agar orang tua ikut kalut dan luluh.

Cepat atau lambat, amukan itu akan berlalu dengan sendirinya.

Jika anak kamu berperilaku tidak baik karena kecemasan atau mengamuk, bicarakan dengan mereka tanpa menghakimi setelah amukannya reda.

4. Tidak Membiarkan Anak Memiliki Privasi

Orang tua yang cemas tidak membiarkan anak-anaknya menyimpan sesuatu dari mereka.

Baginya, jika anak-anak menyembunyikan sesuatu, maka itu pasti sesuatu yang mengerikan dan mengkhawatirkan.

Mendorong anak untuk memberi tahu pada orang tua tentang segalanya membuat mereka tidak memiliki privasi.

Padahal, rahasia juga sangat penting untuk perkembangan anak.

Ini akan membentuk kesadaran batin, otonomi, dan imajinasi.

Baca Juga: Karakteristik dan Tips Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal pada Anak

Solusi : Ada dua jenis rahasia, yaitu baik (kejutan) dan buruk (situasi yang membuat anak sedih atau malu).

Biarkan mereka menyimpan rahasianya sendiri, kamu bisa ikut campur tangan hanya ketika kamu merasa situasinya tidak terkendali atau mungkin mengancam jiwa.

Nah, itulah tanda-tanda orang tua posesif dan suka mengkhawatirkan segalanya yang dilakukan anak ya, Kawan Puan.

Jika perhatian itu terlalu berlebihan, anak justru merasa tidak nyaman berada dekat orang tuanya.

(*)

Sumber: Bright Side
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati