Dinilai Nyeleneh, Apa Motif di Balik Tren Tindik Organ Intim?

Sarah D. Ekaputri - Sabtu, 14 Agustus 2021
Motif yang melandasi tindakan tindik genital pada seseorang
Motif yang melandasi tindakan tindik genital pada seseorang Serhii Sychov

Parapuan.co - Genital piercing atau tindik kelamin menjadi sebuah tren yang mulai mainstream di kawasan Barat sejak tahun 1990-an.

Tindakan melubangi bagian intim untuk menyematkan aksesoris atau perhiasan ini, pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan yang telah dilakukan sejak ratusan hingga ribuan tahun lalu.

Bukanlah sebuah tren kekinian, praktik tindik genital telah dilakukan suku Dayak, Kalimantan pada laki-laki dewasa.

Tindik Genital pun sempat disebut dalam teks Kamasutra yang melegenda.

Baca Juga: Tips Intim dengan Pasangan Selain Hubungan Seks, Ini Kata Psikolog

Berbeda dengan tindikan di area-area tubuh yang tampak seperti telinga, hidung, bibir, alis, dan kadang di bagian pusar, tindikan di area intim hanya dapat dinikmati oleh diri sendiri.

Karenanya, mungkin motif penggunaan perhiasan di area genital ini agak membingungkan bagi sebagian besar orang.

Namun, seperti halnya tindikan di area puting payudara yang sudah cukup nyeleneh, tren tindik genital yang jauh lebih nyeleneh nyatanya cukup populer di Amerika dan Eropa.

Meski studi tentang motif genital piercing masih cukup terbatas, ternyata faktor yang diketahui memengaruhi motif seseorang dalam melakukan tindik di area privat cukup variatif.

Sebagian berhubungan dengan aspek seksualitas, tapi sebagian lagi berhubungan pula dengan kondisi mental seseorang.

Melansir MedicineNet, salah satu faktor utama yang memotivasi seseorang melakukan tindik genital adalah kepuasan seksual.

Penggunaan aksesoris pada alat kelamin dinilai sebagian orang memberikan stimulus yang dapat menaikkan gairah seksual diri sendiri maupun pasangannya.

Bahkan, sejumlah perempuan menyebutkan jika mereka baru bisa merasakan orgasme pertamanya setelah mendapatkan tindikan genital.

Hal ini didukung dalam sebuah studi di tahun 2017, bahwa tindik genital dipromosikan sebagai cara untuk meningkatkan kenikmatan seksual.

Cara ini dilakukan dengan penekanan pada tiga tindikan yang ditempatkan pada klitoris, sehingga dinilai mampu meningkatkan rangsangan seksual.

Studi yang sama juga mengungkapkan bahwa bagi perempuan, faktor yang mendrong mereka untuk melakukan tindik genital adalah perilaku masturbasi yang dilakukan dengan menstimulasi bagian klitoris.

Mereka juga menganggap dirinya secara fisik kurang atraktif, dan menjadi lebih atraktif di mata lawan jenis dengan adanya perhiasan pada area intim mereka.

Baca Juga: Tips Menjaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan di Musim Panas

Senada dengan hal ini, studi lainnya pun menunjukkan jika menindik area intim menumbuhkan rasa otonomi atas tubuh, serta menumbuhkan keterhubungan dengan tubuh sendiri.

Tindik genital juga dapat memengaruhi persepsi diri perempuan terhadap fisiknya.

Tindik genital mengubah persepsi buruk dan kecemasan perempuan terkait alat reproduksinya ini, serta mendorong penerimaan diri (self-acceptance).

Tindik genital, seperti halnya dengan tindikan di bagian tubuh lainnya, merupakan salah satu bentuk dari ekspresi diri dan identifikasi gender.

Di sisi lain, tindik genital juga dikait-kaitkan sebagai bentuk masokisme atau tindak self-harming, demi mendapatkan rasa sakit.

Baca Juga: Tiktoker Sania Leonardo Hampir Lakukan Self-Harming, Ini Gangguan Mental yang Mungkin Terjadi Saat Pandemi

Seseorang juga dapat terdorong untuk melakukan tindik genital akibat faktor emosional.

Diva internasional, Christina Aguilera contohnya.

Seperti dilansir dari Dailymail, Christina yang telah mendapatkan belasan tindikan di tubuhnya termasuk di bagian kewanitaannya ini, mengaku merasa nyaman mendapatkan beberapa tindikan di tubuh ketika dirinya merasa sedih.

Namun, di balik motif-motif tersebut, riset menganggap bahwa perempuan dan laki-laki yang melakukan tindik genital umumnya memiliki orientasi seksual sesama jenis, hiperseksualitas, dan perilaku seksual berisiko.

Di balik motif-motif ini pula, ada berbagai risiko yang menghantui mereka yang melakukan tindik genital.

Risiko seperti infeksi, pendarahan, tetanus, hepatitis, HIV/Aids, dan penyakit menular seksual lainnya menjadi efek samping yang mungkin terjadi dari praktik tindik genital yang tidak dilakukan secara prfesional.

(*)

 

Sumber: medicine net
Penulis:
Editor: Linda Fitria

Hari Bipolar Sedunia, Kenali Faktor Risiko Seseorang Terdiagnosis Bipolar