2 Tuntuan Karier Penulis jika Beralih ke Platform Digital, Apa Saja?

Arintha Widya - Senin, 9 Agustus 2021
Ilustrasi menulis.
Ilustrasi menulis. Photo by Artem Podrez from Pexels

Parapuan.co - Kawan Puan, barangkali memang sudah saatnya kamu yang berkarier sebagai penulis buku beralih ke ranah digital.

Terlebih jika melihat perkembangan platform digital yang pesat, di mana penulis manapun dapat menerbitkan karya mereka di sana.

Akan tetapi, ternyata menjadi penulis di ranah digital memiliki tuntutan yang berbeda dibandingkan menulis di buku cetak.

Riawani Elyta, seorang penulis novel yang belakangan juga berkarya di ranah digital mengungkapkannya kepada PARAPUAN belum lama ini.

Ia mengaku, menerbitkan karya di platform digital semisal Wattpad atau Storial, justru lebih besar tuntutannya ketimbang menulis untuk diterbitkan secara cetak.

Seperti apa? Berikut tuntuan karier penulis di ranah digital seperti disampaikan penulis buku Membeli Ibu (2021) tersebut.

Baca Juga: Saran Pakar agar Sukses Meniti Karier sebagai Penulis di Masa Pandemi

1. Punya stamina yang baik

Apa hubungan antara menulis dengan stamina? Tentu saja ada. Penulis di ranah digital perlu punya stamina yang baik dan lebih besar.

Berbeda dengan penulis buku cetak yang bisa berkarya kapan saja, menulis di ranah digital ternyata tidak demikian.

Platform digital tidak memungkinkan seorang penulis vakum atau rehat terlalu lama jika ada bab dari tulisannya yang sudah terbit.

Sehingga, penulis dituntut untuk terus menulis tak peduli apakah kondisi sedang fit atau tidak.

"Di platform digital, saat ini sangat dituntut seorang penulis itu punya energi, punya stamina yang bagus supaya bisa menulis terus," kata Riawani Elyta.

Hal ini karena karya yang terbit di ranah digital biasanya sudah punya jadwal tayang, jadi sebaiknya dilakukan secara rutin.

Untuk mengantisipasi hal itu, seorang penulis bisa menyimpan stok tulisan dari sebuah karya terlebih dulu sebelum menerbitkannya per bab.

Dengan begitu, paling tidak tulisan dapat terbit dan dibaca berkala tanpa ada jeda terlalu lama.

Baca Juga: Terbitkan Buku Online Bisa Cuan, Ini Aturan Hak Cipta Penulis Digital

2. Mampu mempertahankan pembaca

Tuntuan berikutnya adalah mampu mempertahankan pembaca, yaitu dengan menulis secara rutin. Umumnya, penulis di platform digital perlu menerbitkan karya sekali atau dua kali setiap pekan.

Hal ini dilakukan agar pembaca yang mengakses karyanya selalu mendapatkan update cerita.

Pasalnya jika tidak menemukan kelanjutan dari cerita yang sedari awal sudah dibacanya, pembaca bisa saja mencari judul lain yang lebih update.

Atau bisa jadi, pembaca beralih memilih buku digital yang ceritanya sudah tamat dan tidak lagi on going, sehingga tidak perlu menunggu lama-lama.

"Platform digital ini sifatnya kita meng-update secara rutin. Entah itu seminggu sekali atau seminggu dua kali, agar tidak kehilangan pembaca," imbuh Ria.

Baca Juga: Mengapa Penulis Perlu Beralih ke Ranah Digital? Ini Kata Pakar

Oleh karena itu, Riawani Elyta sendiri tidak banyak menulis di banyak platform digital lantaran menyesuaikan stamina dan kemampuannya.

Ia mengaku hanya aktif di satu platform, dan cuma punya dua karya on going di sana.

Jadi, Kawan Puan bisa mengumpulkan stok tulisan dulu jika ingin menerbitkan secara digital.

Selain itu, pilihan lain adalah menerbitkan secara cetak walau butuh waktu dan proses lebih lama untuk melakukannya. (*)

 

Sumber: Wawancara
Penulis:
Editor: Aghnia Hilya Nizarisda