Ini Alasan Mengapa Orang Tua Perlu Kurangi Menerapkan Psikologi Terbalik

Ericha Fernanda - Rabu, 28 Juli 2021
Psikologi terbalik dalam pengasuhan anak.
Psikologi terbalik dalam pengasuhan anak. sorrapong

Parapuan.co - Reverse psychology atau psikologi terbalik biasa digunakan dalam gaya pengasuhan anak.

Psikologi terbalik adalah strategi yang digunakan untuk membuat seseorang melakukan apa yang kita mau dengan cara meminta mereka melakukan hal yang sebaliknya.

Tujuannya, membuat orang tersebut melakukan apa yang kita kehendaki.

Baca Juga: Stop! Ketahui 3 Tips Menghentikan Kebiasaan Body Shaming pada Anak

Orang tua sering mengharapkan respons sebaliknya dari anak ketika menerapkan strategi ini, yang sebelumnya melarang dengan kata "jangan" dan "tidak boleh".

Nadya Pramesrani, Psikolog Anak dan Keluarga dari Rumah Dandelion, menerangkan efektivitas psikologi terbalik ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ketepatan waktu, karakteristik anak yang menjadi sasaran, bahkan kebutuhannya.

"Ini kan kaitannya strategi. Artinya, perlu tahu kepada siapa dan kapan menggunakannya dengan tepat," kata Nadya kepada Kompas.com, Senin (26/7/2021).

Melalui faktor karakteristik, ada sifat-sifat tertentu yang membuat strategi psikologi terbalik menjadi lebih efektif ketika diterapkan pada anak.

Ketika diterapkan pada anak-anak dengan emosi yang lebih intens dan memiliki energi lebih, maka cenderung akan lebih efektif daripada diterapkan pada anak-anak dengan sifat sebaliknya.

Nadya memperingatkan, jika tidak diterapkan pada anak yang tepat, strategi ini malah bisa menjadi bumerang.

"Pada kelompok orang yang istilahnya adem ayem saja, mungkin ketika dikasih pendekatan seperti ini tidak memunculkan reactance-nya dia, malah menjadi terinternalisasi di dalam diri dia: "oh kata mama aku enggak bisa, ya sudah aku enggak bisa"."

"Jadi intinya bukan tidak boleh atau jangan digunakan. Tapi jangan digunakan terus-menerus. Lihat dari segi kesesuaian dengan konteksnya, kebutuhan, dan karakteristik lawan bicara kita," tambahnya.

Kesan manipulatif

Masalahnya, penerapan psikologi terbalik juga berpotensi menimbulkan konflik dalam hubungan.

Pada anak, mereka mungkin merasa dirinya dimanipulasi jika orangtuanya terlalu sering menerapkan strategi tersebut.

Baca Juga: Begini Cara Mengajari Anak Menolak Body Shaming, Berani Speak Up!

Sebab, orang tua menjadi terkesan manipulatif untuk membuat anak mau melakukan apa yang diinginkannya.

"Itu bukan dasar dari komunikasi yang terbuka," kata Nadya.

Padahal, strategi ini lebih banyak digunakan dalam bidang marketing untuk membuat orang lain membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

"In terms of relationship, seperti dengan pasangan, teman atau rekan kerja, bisa menjadi backfire karena orang akan merasa kita memanipulasi dia sehingga hubungan akhirnya menjadi tidak enak," jelas Nadia.

Tapi, dalam konteks pengasuhan anak, strategi ini sebetulnya sudah mulai ditinggalkan dalam beberapa tahun terakhir.

Saat ini, banyak orang tua lebih memilih memberikan pilihan pada anak-anaknya.

Alih-alih mengatakan pada anak dengan kalimat seperti "kamu tidak bisa melakukan itu" atau "kamu tidak boleh melakukan itu", lalu berharap mereka melakukan hal sebaliknya.

Nadya menambahkan, orang tua yang meninggalkan psikologi terbalik cenderung tidak mau menghilangkan rasa memiliki otonomi atau kebebasan terhadap diri sendiri, pada diri anak.

Ketika orang tua memberikan pilihan, anak akan merasa memiliki otonomi dan akan tercipta komunikasi yang terbuka.

Baca Juga: Tingkatkan Harga Diri, Simak 5 Tips Orang Tua Bantu Anak Atasi Masalah Body Shaming

"Jadi, orangtua sekarang lebih memberikan pilihan A,B,C, mana yang mau anak lakukan. Akhirnya tidak ada manipulasi di sana, ada komunikasi terbuka, agar anak punya otonomi pribadi juga difasilitasi," kata Nadya.

Orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anak, dalam hal apapun.

Jadi, jika kita melarangnya untuk melakukan sesuatu, beri tahu alasannya mengapa tidak boleh.

Setelah itu, buka alternatif lain agar anak mampu bereksplorasi dengan cara-cara yang bisa kita terima dan aman bagi mereka.(*)