Kerap Jadi Gaya Andalan Prince hingga Harry Styles, Apa itu Genderless Fashion?

Ratu Monita - Sabtu, 24 Juli 2021
Gaya genderless fashion Harry Styles.
Gaya genderless fashion Harry Styles. TYLER MITCHELL

Parapuan.co - Belakangan tren genderless fashion semakin berkembang. Salah satunya ketika Harry Style tampil solo di cover Vogue US pada akhir 2020 lalu.

Dalam cover tersebut terlihat Harry mengenakan dress Gucci yang dibuat khusus dengan hiasan renda di sekelilingnya dan dilengkapi dengan jaket tuksedo.

Kemudian dilanjutkan London Fashion Week 2021, banyak koleksi yang menggabungkan gaya busana laki-laki dan perempuan menjadi lebih cair.

Tak ada lagi batasan kaku antara maskulin dan feminin. 

Hal ini tentu saja menjadi perbincangan hangat di dunia fashion, karena tren bergerak lebih dinamis. 

Pasalnya, dahulu fashion kerap dibatasi oleh adanya konstruksi sosial gender yang membagi antara busana laki-laki dan perempuan. 

Namun kini, gaya genderless fashion justru kian mendapatkan tempat di masyarakat. Lantas seperti apa sebenarnya gaya busana ini?

Baca Juga: 5 Penampilan Eksentrik Marshanda yang Playful, Colorful, dan Ceria

Apa Itu Genderless Fashion?

Dalam kehidupan masyarakat, peran gender dibentuk hasil konstruksi secara sosial, termasuk mengenai cara perempuan harus bertindak dan berpakaian, serta bagaimana laki-laki harus berperilaku. 

Seperti kita ketahui, peran gender ini sudah ditetapkan sejak lama dan menjadi norma dalam masyarakat dan fashion pun turut menjadi cara untuk menetapkan gender.

Kemudian muncul tren genderless fashion yang membuat setiap orang memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya pada busana yang digunakan. 

Kini stigma mengenai busana feminim dan maskulin pun semakin bergeser, sehingga baik laki-laki atau pun perempuan bebas mengenakan jenis pakaian apa pun.

Genderless fashion lebih dari sekadar desainer dan brand yang membuat pakaian dengan potongan unisex.

Inti dari tren ini adalah memberikan konsumen kebebasan untuk memilih jenis pakaian yang ingin dikenakan, dikutip dari laman Fashinnovation.

Hadirnya genderless fashion

Baru mencuat ke publik beberapa tahun belakangan ini, namun sebenarnya genderless fashion sudah muncul sejak awal abad ke-20.

Lebih tepatnya sejak tahun 1970-an dikenakan oleh sejumlah musisi, seperti Annie Lenox, David Bowie, dan Prince. 

Mengingat gaya fashion ini sangat awam bagi masyarakat, tentu saja tidak mudah diterima dan kerap dianggap tabu untuk digunakan, apalagi dipopulerkan.

Akhirnya, muncul gaya androgini fashion, yakni style dengan menggabungkan busana laki-laki dan perempuan untuk menjadi gaya yang khas. 

Sementara di Indonesia sendiri genderless fashion mulai terserap, terlihat dari penggunaan hoodie, blazer oversized, dan kemeja flanel yang tidak lagi memandang gender.

Dilansir dari laman The Fashion Globe, pergeseran gaya fashion ini mulai hadir setelah perempuan telah bisa berkarier di dunia kerja yang didominasi pria, menurut Dawnn Karen, MA, Ed.Mc, psikolog mode dan pendiri Fashion Psychology Insitute. 

Baca Juga: Ingin Tampil Nyentrik, Berikut Inspirasi Gaya Fashion Mismatched Untukmu

Sebagai contoh pada profesi polisi yang umumnya laki-laki yang kemudian perempuan telah bisa berprofesi demikian dan menggunakan seragam yang sama. 

Evolusi ini pun membuat gaya fashion kini bersifat cair atau dalam artian semakin ada keterbukaan dan kebebasan dalam bergaya. 

Ditambah adanya perkembangan teknologi yang dapat membantu setiap orang untuk mengakses hal-hal yang tidak diketahui dan membuat mereka mengenal berbagai gaya fashion untuk kemudian mereka terapkan. 

Seiring waktu, brand besar pun yang sebelumnya membatasi busana laki-laki dan perempuan, kini telah mengusung konsep genderless fashion, seperti Gucci, Zara, dan H&M. (*)

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri

3 Warna Baju yang Perlu Dihindari Saat Cuaca Panas, Bikin Makin Gerah