Saran Psikolog untuk Mengurangi Rasa Khawatir Orang Tua selama Pandemi

Saras Bening Sumunarsih - Kamis, 22 Juli 2021
Ibu memakaikan masker pada anak
Ibu memakaikan masker pada anak iStockphotos

Parapuan.co – Kawan Puan, sebagai orang tua, kasus Covid-19 pada anak tentu membuat kita khawatir.

Apalagi seiring dengan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, angka infeksi pada anak juga meningkat. Bahkan, kasus kematian anak akibat Covid-19 juga ikut meningkat.

Menurut data IDAI, dari seluruh anak-anak yang meninggal akibat Covid-19, 50% lebih adalah balita.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Teman Bumil dan Populix dari rilis yang PARAPUAN terima, menunjukkan 81% ibu merasa sangat khawatir dengan peningkatan kasus tersebut.

Baca Juga: Terapi Bicara Dapat Membantu Anak Down Syndrome, Bagaimana Caranya?

Psikolog Belinda Agustya P.P, M.Psi mengatakan bahwa orang tua sebaiknya bijak menyaring berita mana yang akurat dan berita mana yang tidak benar.

Orang tua disarankan fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol.

"Fokus pada hal yang bisa dikontrol, misalnya menjaga kesehatan keluarga, dan menjaga interaksi antara ibu dan anak agar tetap positif," jelas Belinda.

Jika khawatir dan stres, interaksi dengan anak bisa terganggu dan hal ini bisa menurunkan daya tahan tubuh orang tua maupun anak.

Orang tua juga disarankan untuk melihat situasi pandemi dari sudut pandang yang lebih luas dan positif.

Bisa dibilang, orang tua jangan terlalu fokus pada hal-hal negatif saja.

Misalnya, mungkin sejak pandemi, ibu menjadi lebih dekat dengan anak.

Kekhawatiran bisa membuat seseorang menjadi tidak bisa tidur atau malah ingin tidur terus, ataupun menyebabkan nafsu makan turun atau sebaliknya.

Namun selama tidak mengganggu aktivitas, hal tersebut dianggap sebagai respons stres normal.

"Kekhawatiran dianggap tidak normal jika sampai membuat kita kehilangan minat melakukan apapun dan membuat kita jadi tidak produktif," ujar Belinda.

Baca Juga: Kegiatan Rayakan Hari Anak Nasional di Rumah Aja, Orang Tua Bisa Ikut Serta!

Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 62% orang tua merasa kekhawatiran tersebut hingga gelisah, dan 29% mengalami sulit tidur.

Khawatir dengan peningkatan kasus Covid-19 pada anak, mayoritas orang tua menjadi lebih ketat menjalankan protokol kesehatan dan melindungi keluarga dari Covid-19.

100% responden membatasi diri seminimal mungkin keluar rumah, serta menunda atau membatalkan acara dan liburan yang sudah direncanakan.

Data survei juga menunjukkan sebanyak 87% orang tua melarang anak bermain keluar rumah.

"Karena kasus yang sedang melonjak, maka memang sebaiknya anak tidak boleh keluar," jelas dr. Lucia Nauli Simbolon, SpA.

Penggunaan masker juga disarankan dilakukan di dalam rumah, untuk menghindari kluster rumah tangga.

Survei juga menunjukkan bahwa mayoritas orang tua sudah memakaikan anak masker jika mereka keluar rumah.

Namun, 64% di antaranya masih hanya memakaikan satu masker, sementara  36% lainnya sudah memakaikan anak masker double.

"Kalau memang terpaksa sekali harus keluar rumah, pertama pastikan hindari kerumunan. Kemudian, idealnya anak pergi keluar dengan ruangan ventilasi dan pencahayaan yang cukup. Pemakaian masker sesuai anjuran, harus menggunakan masker double," jelas dr. Lucia.

Baca Juga: Memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli: Tema, Logo, dan Tujuan HAN 2021

Pemakaian masker dobel dianjurkan untuk anak yang memiliki usia cukup besar tetapi akan lebih baiknya jika anak tetap berada di rumah.

Kawan Puan itulah saran psikolog untuk mengurangi kekhawatiran orang tua soal Covid-19 pada anak.

Yuk coba terapkan saran psikolog ini bersama suami! (*)

Sumber: Press Release
Penulis:
Editor: Arintya