Lelah dengan Berita Covid-19 di Media? Lakukan Saran Psikolog Ini

Ericha Fernanda - Kamis, 15 Juli 2021
Saran ahli jika lelah dengan berita covid-19
Saran ahli jika lelah dengan berita covid-19 foto: freepik.com

Parapuan.co - Hampir setiap media arus utama seperti media cetak, elektronik, dan online dipenuhi dengan berita tentang Covid-19. Tidak terkecuali dengan berita di media sosial pribadi yang juga dipenuhi berita tentang Covid-19. 

Sering kali, berita yang dimuat membawa pesan kurang menyenangkan seperti kematian atau kenaikan kasus penderita Covid-19.

Awal-awal mungkin kita terbiasa dengan paparan informasi ini. Tetapi, lama kelamaan paparan berita bisa memengaruhi mental seseorang hingga berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan diri. 

Aktif melakukan update berita memang sangat penting, tetapi kita bisa kelelahan karena paparan informasi tadi lho, Kawan Puan. 

Terlalu sering mendapatkan informasi mengenai Covid-19 membuat kita merasa bosan dan menginginkan informasi terbaru lainnya. 

Dikutip dari laman The University of Alabama at Birmingham (UAB), ada beberapa gejala yang mungkin timbul karena lelah dengan pandemi dan segala beritanya. 

Pertama, kita akan merasa kekurangan energi, merasa lelah secara fisik dan mental meski tidak melakukan aktivitas fisik yang berat. 

Selain itu, kita mungkin merasa kewalahan, sedih, atau tidak berdaya secara terus menerus. Kita juga sering merasa tidak mampu menyelesaikan tugas sehari-hari. 

Peningkatan iritabilitas, performa kerja berkurang, dan mengisolasi diri dari orang lain juga bisa menjadi gejala kelelahan dengan pandemi dan beritanya. 

Tak perlu khawatir, sebab kita bisa mengatasi kelelahan akibat berita Covid-19, tapi tetap bisa menerima informasi tentangnya secara proporsional dengan cara ini: 

Baca Juga: Sedang Hamil? Ini Vaksin yang Diterima Demi Jaga Kesehatan Seksual dan Reproduksi Perempuan

Menyaring Konsumsi Berita

Ketika mengalami gejala di atas, coba untuk mengubah pola dalam menerima berita. Psikolog dari UC Davis Health, Kaye Hermanson, mengatakan bahwa memang tidak mudah untuk menghadapi kelelahan akibat pemberitaan Covid-19.

Terlebih, peringatan dan angka kasus Covid-19 yang membanjiri media massa selama satu setengah tahun belakangan. Tetap penting untuk mengetahui informasi tersebut ya, Kawan Puan. 

Tetapi, Kaye menyarankan kita untuk mengurangi berita yang bisa memicu respon ketakutan dan kemarahan. Penting untuk mencari berita yang bersifat informatif untuk membantu fokus pada upaya pengendalian dan pencegahan pandemi ini. 

"Langkah lain untuk mengurangi stres yaitu batasi atau hindari hal-hal yang memicu respons ketakutan atau kemarahan," katanya, mengutip laman UC Davis Health.

Di samping itu, kita perlu membatasi interaksi di media sosial yang bisa memicu stres. Menghindari perdebatan dengan orang yang tidak sependapat dengan kita juga bisa dilakukan agar stres tidak semakin memuncak. 

"Jika mendengarkan berita itu sulit, lakukan sedikit saja dan batasi pada sumber yang terpercaya dan bertanggung jawab," jelas Kaye.

Informasi dari Orang Terpercaya

Cara lain untuk tetap mendapat informasi tapi lelah dengan pemberitaan Covid-19 ialah mengandalkan teman. Teman yang dipilih harus bisa dipercaya untuk menyaring validitas informasi.

Liz Martin, seorang terapis yang berbasis di London mendapati kliennya tidak tahan sama sekali dengan berita seputar Covid-19, seperti diberitakan BBC.

Kemudian, ia memberi saran agar klien tersebut mengobrol dengan teman yang dipercaya dan mengikuti sumber jurnalisme terpercaya pula. 

"Orang berbeda, jadi mungkin ada teman yang bisa membuat kita tetap up to date dengan apa yang relevan dan tidak relevan," kata Liz.

Hal ini membantu kita mengurangi konsumsi berita, tapi tetap mengetahui informasi terbaru seputar penanganan Covid-19.

Baca Juga: Pakai Vaksin Moderna, Para Nakes Bakal Segera dapat Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga Mulai Minggu Depan

 

Tren Kelelahan Akibat Berita Covid-19

Ahli percaya bahwa ada dua tren utama yang terjadi akibat Covid-19. Pertama, rasa lelah karena situasi krisis yang dialami.

Kedua, siklus berita tanpa henti yang dapat memperburuk kecemasan atau depresi bagi pemilik riwayat masalah kesehatan mental dan emosional.

Orang dengan kecemasan mungkin lebih rentan merasakan sakit yang dirasakan oleh orang lain yang kehilangan nyawa atau orang yang dicintai dalam krisis.

John-Paul Davies, psikoterapis yang berbasis di London dan juru bicara Dewan Psikoterapi Inggris, mengatakan beberapa orang bahkan bisa mati rasa dan menjadi apatis setelah mendapat terlalu banyak informasi Covid-19.

John berpendapat bahwa memeriksa berita utama sekali sehari adalah hal yang masuk akal melalui media arus utama yang terpercaya.

Lebih baik lagi jika dikurangi menjadi seminggu sekali bagi mereka yang memiliki tingkat kecemasan tinggi.

Tidak semua jurnalisme itu bagus. Tapi, itu tidak berarti bahwa semua jurnalisme itu buruk.

Baca Juga: 6 Jus Buah yang Membantu Meningkatkan Imun Tubuh Penyintas Covid-19

 

Sumber: BBC,uab.edu
Penulis:
Editor: Kinanti Nuke Mahardini

Benarkah Tertawa Baik untuk Menjaga Kesehatan Mental? Ini Penjelasannya