Pandemi Membuat Anak Cemas dan Sulit Tidur, Bagaimana Mengatasinya?

Ericha Fernanda - Jumat, 11 Juni 2021
Pandemi membuat anak cemas dan sulit tidur.
Pandemi membuat anak cemas dan sulit tidur. freepik

 

Parapuan.co - Satu tahun lebih pandemi hadir. Tak dimungkiri, pandemi membuat masyarakat khawatir akan risiko penularan virus yang bisa terjadi sewaktu-waktu.

Pandemi menyebabkan keresahan bagi siapa saja, tak terkecuali orang tua dan anak-anak.

Bagi anak-anak, ada beberapa hal yang berubah selama pandemi ini, seperti sekolah di rumah secara virtual, membatasi pertemuan dengan temannya, dan lebih banyak waktu untuk bermain gadget.

Baca Juga: Ajarkan Hal Ini agar Anak Lebih Berani dan Tak menjadi Korban Bullying

Masalahnya, kejenuhan belajar anak secara virtual tanpa bertatap muka dan bertemu teman-teman semakin membuat orang tua kewalahan bagaimana membuat mereka lebih aktif walaupun di rumah saja.

Karena waktunya semakin tidak teratur, maka akan berakibat jadwal tidur yang tidak tentu bagi anak-anak.

Pengaruh pandemi terhadap siklus tidur

Salah satunya adalah perubahan rutinitas yang mengakibatkan anak-anak menjadi lebih sering cemas dan bingung karena banyak kekosongan waktu.

Kanchan Rai, pelatih kesejahteraan mental dan emosional dan pendiri Let Us Talk, mengatakan kepada The Indian Express bahwa telah terjadi peningkatan yang cukup besar dalam laporan tentang siklus tidur yang terganggu pada anak-anak di pandemi.

“Ketidakpastian pandemi juga dialami anak-anak. Hal tersebut meningkatkan risiko kecemasan.

"Anak-anak yang kurang tidur menjadi mudah tersinggung, memiliki toleransi yang lebih rendah terhadap frustrasi, dan perhatian lebih rendah yang berdampak pada kinerja akademik mereka,” katanya.

Membatasi waktu layar

Rai menegaskan untuk membantu anak-anak mendapatkan jumlah istirahat yang diperlukan, orang tua terutama harus membatasi waktu layar.

Sebab, cahaya yang muncul dari gadget cenderung membuat otak tetap waspada, mencegah anak tertidur, dan memengaruhi pelepasan melatonin, hormon yang membuat seseorang merasa lelah.

“Selain itu, orang tua harus mengatur waktu tidur dan jam bangun. Orang tua harus mengizinkan anak untuk tidur siang secara konsisten. Anak-anak yang mengalami kecemasan sering mengalami kesulitan untuk menenangkan pikirannya.

"Sehingga mereka harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan kekhawatirannya sebelum tidur, dengan berbicara dengan orang tua, atau dengan menuliskan perasaannya,” tambahnya.

Mengatur rutinitas agar konsisten

Sependapat dengan Rai, ahli parenting dan pendiri whatparentsask.com (WPA), Dr. Debmita Dutta, mengatakan tidur adalah multifaktorial, dan biasanya merupakan hal pertama yang terganggu setelah ada masalah kecil dalam fisik, mental, atau ruang emosional.

Baca Juga: Lebih Disukai Anak, Pahami Karakteristik Gaya Pengasuhan Berwibawa

Dutta menyarankan orang tua melakukan sembilan kegiatan sederhana ini dengan anak-anak mereka, antara lain:

1. Ajak mereka melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, jalan-jalan, berbelanja, atau mengerjakan tugas domestik.

2. Terhubung dan berkomunikasi dengan mereka sepanjang hari.

3. Beri mereka ruang dan privasi, seperti melakukan hobi atau bermain dengan temannya.

4. Jangan memaksakan ketaatan dalam hal belajar atau tanggung jawab di rumah. Beri sedikit kelonggaran agar anak tidak stres.

5. Hindari membicarakan berita yang menimbulkan kecemasan, bahkan jika orang tua pikir anak tidak akan memahaminya.

6. Batasi penggunaan gadget mereka.

7. Pantau dan perhatikan segala jenis penindasan maya (bullying) yang mungkin membuat anak tetap terjaga di malam hari.

8. Bantu anak-anak dengan prestasi akademik mereka. Bantu anak-anak menyelesaikan pekerjaan rumah saat mereka belajar. Tetap pada koridor membantu, bukan menyelesaikan tugas sekolahnya secara keseluruhan.

9. Tetap pada rutinitas.

 Baca Juga: Anak Harus Menurut, Ketahui 7 Karakteristik Lain Pola Asuh Otoriter

(*)

Sumber: The Indian Express
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania