Hindari Financial Abuse, Ini Alasan Perempuan Tak Cukup Andalkan Nafkah Suami

Arintha Widya - Minggu, 30 Mei 2021
Ilustrasi pasangan bertengkar
Ilustrasi pasangan bertengkar Ridofranz

Parapuan.co - Kawan Puan, tahukah kamu bahwa lebih dari 35 persen perempuan bergantung secara finansial kepada pasangannya?

Walau benar mencari nafkah adalah tugas laki-laki, tetapi bergantung sepenuhnya kepada pasangan dalam keuangan bisa jadi tidak tepat untuk dilakukan.

Pasalnya, menggantungkan nafkah di tangan suami saja akan lebih merugikan pihak perempuan jikalau ada persoalan pelik dalam hubungan nantinya.

Belum lagi kalau pihak laki-laki sampai melakukan kekerasan dan menjadikan faktor perempuan tidak bekerja sebagai alasannya.

Baca Juga: Kamu Seorang Ibu Tunggal? Ini Tips Kelola Keuangan di Masa Pandemi

Mengutip Cosmopolitan, kemandirian dan akses ke sumber daya ekonomi diperlukan oleh setiap perempuan, terlebih sebagai seorang istri.

"Tanpa akses ke sumber daya ekonomi yang diperlukan untuk pergi dan hidup mandiri, para korban tinggal lebih lama dengan pelaku kekerasan dan mengalami lebih banyak kerugian sebagai akibatnya," demikian kata Christina Govier.

Christina Govier merupakan Kepala Tim Spesialis di Surviving Economic Abuse yang sudah sering mengamati penyalahgunaan keuangan.

Penyalahgunaan keuangan atau financial abuse tersebut mencakup hal-hal seperti memaksa pasangan/istri untuk berutang.

Tanda-tanda financial abuse

Kawan Puan masih belum memahami sepenuhnya soal penyalahgunaan keuangan?

Ada tanda-tanda yang bisa kamu rasakan dan alami ketika pasangan melakukan financial abuse padamu.

Misalnya pasangan membatasi pendapatan maupun pengeluaran rumah tangga.

Jika kamu perempuan yang bekerja, maka pasangan boleh jadi akan mengeksploitasi penghasilanmu dan menyabotasenya.

"Penyalahgunaan keuangan adalah kontrol atas sumber daya ekonomi seseorang melalui pembatasan, eksploitasi, atau sabotase," terang Christina Govier lagi.

Baca Juga: Pentingnya Tahu Risiko Keuangan, Ini 4 Alasan Milenial Sebaiknya Punya Asuransi

Begitu finansial disalahgunakan, maka bisa jadi akan merembet ke bentuk penyalahgunaan sumber daya lainnya dalam rumah tangga.

"Ini biasanya terjadi bersamaan dengan bentuk penyalahgunaan lain, dan merupakan bagian dari pola perilaku yang disebut kontrol koersif," tambah Christina.

"Nantinya akan membatasi pilihan dan kemampuan seseorang untuk mendapatkan akses keamanan," pungkasnya.

Pelaku financial abuse akan mengendalikan akses keuangan korban, yang meliputi apa saja yang boleh dibeli dan dimakan.

Lama-kelamaan, pelaku akan memaksa korban berutang sementara uangnya telah dihabiskan.

Cara keluar dari financial abuse

Apabila kamu mengalami kekerasan atau penyalahgunaan keuangan oleh pasangan, jangan malu untuk meminta bantuan.

Ceritakan apa yang kamu alami kepada keluarga atau orang terdekatmu, bila perlu laporkan pula ke pihak berwajib.

Namun, ada cara lain yang barangkali bisa lebih bisa membantumu untuk keluar dari kondisi financial abuse.

Baca Juga: Menurut Konsultan Keuangan, Ini 3 Tips Mulai Bisnis Bareng Pasangan

Atau paling tidak, kamu bisa tetap bertahan hidup walau setelah berpisah dari pasangan walau menderita kerugian ikut menanggung utang-utangnya.

Caranya, dengan memiliki penghasilan sendiri apabila kamu adalah seorang ibu rumah tangga.

Kamu bisa mencoba berwirausaha, menjadi reseller produk kecantikan, atau mencari pekerjaan paruh waktu.

Jika kamu berkarier, tidak ada salahnya untuk mencari penghasilan tambahan, terlebih kalau tanda-tanda financial abuse sudah muncul dari pasanganmu.

Semoga informasi di atas membantumu, ya, Kawan Puan.(*)

Sumber: Cosmopolitan
Penulis:
Editor: Dinia Adrianjara