Sering Menggunakan Filter Foto Menjadi Tanda Mewajarkan Standar Kecantikan Ideal

Ericha Fernanda - Minggu, 23 Mei 2021
Ilustrasi melakukan selfie.
Ilustrasi melakukan selfie. freepik.com

Parapuan.co - Mengunggah foto yang menuai komentar positif dan banyak likes dari orang lain membuat kita merasa senang.

Tak hanya itu, kita bisa melihat versi ideal dari wajah kita karena filter yang telah disediakan oleh aplikasi atau media sosial itu sendiri.

Terkadang, filter itu membuat hal-hal yang sebenarnya normal pada tubuh atau wajah seseorang, seperti kerutan, jerawat, atau pori-pori besar menjadi tersamarkan.

Baca Juga: Pentingnya Self-Love, Kenali 5 Hal Ini untuk Bisa Mencintai Diri Sendiri

Ini juga biasa digunakan agar wajah kita terlihat lebih putih, hidung mancung, dagu V-shape, pipi merona, dan perubahan fisik yang lain.

Secara tidak langsung, kita menormalkan standar kecantikan ideal yang menjadi perspektif umum di masyarakat.

Padahal, setiap perempuan di dunia memiliki kecantikannya sendiri tanpa standar pasti.

Lebih parah, standar kecantikan yang tidak realistis dan disajikan di media sosial dapat merusak harga diri seseorang.

Menjadi versi ideal orang lain

“Menggunakan filter untuk mempercantik penampilan kita mungkin tidak berbahaya.

"Namun, semakin sedikit kita melihat gambar yang realistis, termasuk kulit yang cacat, kerutan, dan gambaran realistis tentang diri kita sendiri, semakin sulit untuk melihat hal-hal itu terpantul pada kita di cermin,” kata Saba Harouni Lurie, seorang psikoterapis di Take Root Therapy, Los Angeles, AS, seperti dikutip dari Verywell Mind.

Mengubah foto dapat menciptakan siklus negatif di mana seseorang mengedit secara berlebihan, dan kemudian orang lain bereaksi dan menyukainya, melanggengkan budaya standar kecantikan yang tidak dapat dicapai.

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain adalah bagian normal dari perilaku manusia, meski lebih baik tidak dilakukan.

Tapi, bila dilakukan terhadap versi orang lain yang "disempurnakan", hal itu dapat berdampak buruk pada persepsi diri dan cinta terhadap diri sendiri.

Baca Juga: Mengenal Self Acceptance, Bagaimana Cara Menerapkan ke Keseharian?

"Saat kita membandingkan diri kita dengan versi ideal orang lain, seperti foto yang diedit, hal itu dapat menciptakan reaksi devaluasi yang setara dan berlawanan, terutama devaluasi diri," kata Jessica January Behr, PsyD, psikolog dan pendiri Behr Psychology, di New York City.

Devaluasi diri adalah kecenderungan seseorang untuk selalu menempatkan harga dirinya di bawah harga diri orang lain.

"Seiring waktu, devaluasi berkelanjutan dapat menyebabkan kritik diri yang tinggi, kebencian terhadap tubuh atau wajah, atau pelecehan emosional kronis terhadap diri sendiri," imbuhnya.

Manipulasi filter ini menciptakan konsep mental kecantikan yang tidak realistis dan harapan dari diri kita sendiri untuk menjunjung standar yang tidak realistis itu.

Kita kerap berpikir bahwa orang lain hanya menyukai citra ideal, sehingga kita tidak pernah menunjukkan kepada mereka bahwa kita kurang dari sempurna.

Sebenarnya, sah-sah saja menggunakan filter di media sosial.

Akan tetapi, jika digunakan untuk membuat wajah tampak 'good looking' versi orang lain itu sangat berbahaya bagi kepercayaan diri. (*)

Baca Juga: Nana Mirdad Ingatkan Pentingnya Self Acceptance bagi Buah Hati

Sumber: Verywellmind.com
Penulis:
Editor: Rizka Rachmania