Begini Kekompakan K-popers Indonesia Sampai Sering Ikut Aksi Sosial

Ericha Fernanda - Senin, 10 Mei 2021
BTS.
BTS. Weverse

 

Parapuan.co - Setiap hari, trending Twitter di Indonesia kerap diramaikan cuitan-cuitan dari penggemar Korean Pop (K-Pop).

K-Pop cukup diminati masyarakat di Indonesia, terutama di kalangan milenial dan Gen-Z yang sangat aktif di dunia digital.

Secara keseluruhan penggemar K-Pop disebut K-Popers, tapi di dalamnya mereka memiliki nama fandom sendiri sesuai artis atau penyanyi favorit mereka.

Baca Juga: Selain Karena Episodenya Pendek, Ini Dia Alasan Drama Korea sangat Digemari

Selain memposting terkait kegiatan idola mereka,K-Popers kerap diklaim aktif dalam meramaikan isu yang sedang hangat di tanah air, bahkan mancanegara.

Fenomena K-Popers ini memiliki kekuatan dan mampu mendesakkan atau memengaruhi isu publik.

Melansir Kompas.com, Yohanes Widodo, Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta mengulas tentang fenomena fandom dan gerakan sosialnya di Indonesia.

Fenomena Fandom

K-Popers adalah fans atau fandom, yaitu sekumpulan orang yang memiliki ketertarikan di bidang dan tujuan yang sama yaitu mendukung idola mereka.

K-Pop menjadi salah satu produk budaya paling kuat di Asia Timur dan sudah populer di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

K-Popers umumnya tergolong fans setia cenderung fanatik atau die-hard fans.

Tidak sebatas menyukai karya-karya idolanya, mereka juga mengikuti proses awal terbentuknya grup, mengikuti perkembangan manajemen artis idola, dan mendukungnya melalui konser atau mengoleksi albumnya.

Grup idola K-Pop memiliki nama fandom masing-masing, antara lain:

- ARMY, untuk sebutan fans BTS

- NCTzen, untuk sebutan fans NCT

- EXO-L, untuk sebutan fans EXO

- ONCE, untuk sebutan fans TWICE

- BLACKPINK, untuk sebutan fans BLINK

- MOA, untuk sebutan fans TXT

Sejumlah pihak menyebut K-Popers sebagai ‘preman Twitter’.

Banyak cuitan-cuitan jahat yang ditujukan mereka, termasuk komentar negatif (hate comment) dan perang komentar (fan war).

Komentar miring oleh antis (sebutan untuk haters) tak membuat K-Popers berhenti mendukung idolanya.

Sebaliknya, mereka semakin menyatu untuk saling menguatkan agar tetap bersama mendukung idolanya.

Membajak dan Menenggelamkan Tagar

Kekompakan, kebersamaan, dan kekuatan K-Popers di jagat media sosial tak berhenti sampai kegiatan idola saja.

Mereka juga mampu membendung konten negatif dengan cara membajak dan menenggelamkan tagar tertentu.

Misalnya, di pengujung 2020, Twitter diramaikan dengan trending topic video syur artis.

K-Popers yang kesal dengan penyebar video lalu membanjirinya dengan video fancam idola mereka.

Tujuannya, agar video syur tersebut tenggelam dan sulit ditemukan.

Usaha yang dilakukan oleh K-Popers terbilang berhasil.

Akhirnya banyak orang kesulitan untuk menemukan video tersebut.

Tak sedikit yang berkomentar pedas terhadap ulah K-Popers karena terganggu ketika linimasa mereka dipenuhi wajah boyband dan girlband Korea.

Akan tetapi, mereka cukup berpengaruh jika ada isu negatif yang harus diangkat atau dihilangkan sebagai sorotan dan trending topic media sosial.

Baca Juga: Tak Hanya K-Pop, Ternyata Ini Penyebab Drama Korea Digemari di Indonesia

K-Popers dan Gerakan Sosial

Kepedulian dan aksi galang dana yang dilakukan K-Popers bukan hal baru lagi, sebab dari idolanya sendiri juga kerap melakukan aksi serupa.

Mereka sering mengumpulkan dana  untuk membeli hadiah pada ulang tahun idola mereka.

Mereka juga membangun tradisi amal yang kuat.

Inisiatif K-Popers terhadap isu sosial barangkali terinspirasi oleh idola mereka yang menunjukkan kepedulian terhadap masyarakat.

Misalnya, BTS mengusung program Hope Delivery, sebuah program di bawah Love Food Bank yang membantu menyediakan makanan bagi orang tua dan anak-anak yang berkekurangan.

BTS juga menjadi duta UNICEF yang mengkampanyekan “Love Yourself” yaitu aksi untuk mencintai diri sendiri terkait isu kesehatan  mental.

Sejumlah artis Korea juga sering memberikan donasi untuk pendidikan dan menggerakan fandom mereka untuk berdonasi melawan penyebaran Covid-19.

Selain itu, K-Popers juga menggunakan media sosial untuk membuat kampanye politik.

Salah satunya, mengumpulkan dana untuk gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat dan mendukung gerakan pro demokrasi di Thailand.

Di balik fakta bahwa media sosial identik dengan keriuhan dan konten negatif, selalu ada the wisdom of the crowd yang menjadikan internet menjadi lahan subur berkembangnya konten positif, kebajikan, dan nilai-nilai hidup yang baik.(*)

Baca Juga: Selain Pengacara, Ini 7 Profesi yang Sering Diperankan Female Lead di Drakor