Seperti Apa Budaya Kerja Pasca Pandemi Covid-19? Ini Prediksinya

Arintha Widya - Selasa, 27 April 2021
Portrait of a smiling young entrepreneur working from home on her laptop computer, looking at camera.
Portrait of a smiling young entrepreneur working from home on her laptop computer, looking at camera. FreshSplash

Intinya adalah, kantor Brighte menerapkan fleksibilitas di mana karyawan bisa menyesuaikan jam kerja mereka dengan kebutuhan untuk berada di rumah bersama keluarga.

Ia menambahkan, keputusan bekerja dari rumah atau di kantor bisa juga ditentukan oleh manajer tiap tim sesuai kebutuhan.

"Basis tim adalah komunikasi tingkat tinggi dan pendelegasian wewenang kepada pimpinan tim dan manajer untuk bekerja dengan tim dan memahami kebutuhan individu mereka," ujar Katherine.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Selama WFH, Ini 3 Tips dari Dokter Agar Tubuh Tetap Fit  

Terbiasa dengan New Normal

Katherine McConnell menerangkan, pada hari-hari sibuk, sekitar 70-80 persen karyawannya akan berada di kantor.

Sementara di hari lain, sering pula hanya 10-15 persen karyawannya datang ke kantor untuk bekerja.

Walau awalnya aneh melihat kantor kosong karena banyak yang WFH, Katherine mengaku sudah terbiasa.

Baca Juga: Nyaman dan Produktif di Rumah, Ini Pilihan Pakaian Saat Harus Work From Home

"Sangat menarik melihat ruangan kosong. Kadang aku berpikir, 'Di mana semua orang?' Tapi itu pemikiran lama dan aku tahu hal itu tidak benar," tambah Katherine.

"Hanya karena aku tidak bisa bertemu semua orang di tim, bukan berarti mereka tidak bekerja. Bukan berarti kami tidak memberikan apa yang kami butuhkan," imbuhnya lagi.

Tantangan Kerja Jarak Jauh

Di samping fleksibilitas yang mungkin sudah membuat nyaman karena terbiasa, kerja jarak jauh atau  bekerja dari rumah juga mempunyai tantangan tersendiri.

Salah satunya adalah kemungkinan karyawan mengalami stres atau gangguan kesehatan mental.

Sumber: Time
Penulis:
Editor: Tentry Yudvi Dian Utami