Punya Tujuan Besar, KPK Beri Penyuluhan Antikorupsi pada 25 Napi Perempuan

Firdhayanti - Rabu, 21 April 2021
Konferensi Pers penyuluhan antikorupsi yang dilaksanakan di Lapas Wanita Kelas II A, Tangerang pada Selasa (20/4/21).
Konferensi Pers penyuluhan antikorupsi yang dilaksanakan di Lapas Wanita Kelas II A, Tangerang pada Selasa (20/4/21). DOK.PARAPUAN/Firdhayanti

Dengan hal itu, diharapkan warga binaan korupsi dapat mengambil pelajaran masa lalu yang dialami oleh rekan-rekan perempuan.

"Paling tidak dia memberikan contoh, paling tidak menuangkan pokok-pokok pikirannya apa yang dirasakan dan apa yang menjadi ke depannya," lanjutnya. 

Baca Juga: Ada Maudy Ayunda hingga Hwasa, Berikut Perempuan Asia dalam Forbes 30 Under 30 2021

Lili melanjutkan bahwa pendidikan ini diberikan karena mungkin saja ada warga binaan yang menjadi pelaku korupsi secara hukum tetapi dia jadi korban dan tidak ketahuan. 

Bagi KPK, pendidikan yang dilakukan di lapas juga di lingkungan masyarakat ini merupakan pendidikan yang dilakukan secara tidak langsung. 

Sesuaikan Gaya Hidup

Hj. Ida Lidia, warga binaan yang mengikuti program ini mengatakan bahwa ia bersyukur dengan adanya penyuluhan yang berfokus pada warga binaan ini. 

Setelah ia mendapatkan penyuluhan ini, nantinya ia akan menyampaikan kepada keluarga mengenai pengalamannya, termasuk suami, anak, menantu, cucu, dan seluruh keluarga besarnya. 

Baca Juga: Viral Konten Dokter yang Melecehkan, Ini Rekomendasi Konten Kesehatan yang Edukatif

"Jadi kepada itu [keluarga] dulu nanti mungkin. Nanti kebetulan anak saya juga ada yang bekerja di swasta di bank mengelola uang  dan sebagiannya nanti biar mungkin dia bisa berbagi bahwa sebagai narapidana itu tidak enak, tidak enak banget sehingga nanti saya harus berbagi kepada mereka seperti apa rasanya di dalam. Dienak enakin juga tetap aja enggak enak lah, gitu," ujar Ida. 

Ida pun berpesan kepada para perempuan di luar sana agar tidak melakukan korupsi. 

Ida mengatakan kita sebagai perempuan jangan terlalu ingin mendapatkan uang dengan jumlah banyak dalam waktu singkat. 

Baca Juga: Aturan Pemerkosa Nikahi Korban Masih Berlaku di 20 Negara, Bagaimana dengan Indonesia?

"Kadang-kadang kan teman-teman ini kan yang muda-muda penginnya segala macemnya serba instan. Misalnya pengen hape baru, misalnya nih ya. Sementara cari uang itu kan susah," jelas perempuan yang memiliki 3 orang anak ini. 

Dia mengatakan lingkungan pun juga berpengaruh untuk mendorong terjadinya korupsi, seperti melihat teman di lingkungan pergaulan yang memiliki barang baru. 

"Terutama dari pergaulan jangan suka melihat teman. Biasanya lingkungan. Kalo lingkungan seperti itu kan kita juga saling apa ya, panas atau apa gitu, ini kok bisa baru, sehingga mempengaruhi suami atau mempengaruhi keluarga sehingga terjadilah korupsi itu," kata Ida. 

Selain itu, Ida juga mengatakan agar menyesuaikan gaya hidup dengan uang. 

"Jadi kalo kata orang dulu apa ya, jangan besar pasak daripada tiang," katanya.

(*)

Penulis:
Editor: Linda Fitria