Support Systems, Kunci Florence Lai Bisa Menjadi Pemimpin Sukses di HP Indonesia, Bagaimana Kisahnya?

Tentry Yudvi Dian Utami - Jumat, 30 April 2021

Parapuan.co – Pemimpin perempuan yang bekerja di dunia STEM (Sains, Teknologi, Engineering, dan Matematika) masih sangat kurang. Meskipun peluang sudah semakin terbuka.

Ini juga selaras dengan data dari Application of Women Empowerment Principles in Top 50 Companies in Indonesia, UN WOMEN & IBCWE pada 2018 lalu. 

Pada tahun 2018, sektor teknologi di Indonesia memiliki peran kepemimpinan perempuan yang paling sedikit dibandingkan dengan sektor lainnya.

Dalam penelitian yang sama dengan 50 perusahaan teratas di Indonesia, hanya 30% perusahaan memiliki kebijakan untuk mempromosikan kesempatan yang sama untuk kemajuan karir, dengan 6% aktif dalam kebijakan untuk meninjau upah yang setara.

Baca Juga: Selain Maudy Ayunda, Ada Jessica Lin yang Masuk Forbes 30 Under 30 Asia, Siapa Dia?

Pada tahun 2020, berdasarkan Laporan Global Gender Gap yang dirilis oleh WEF, Indonesia mengalami peningkatan di mana 55% perempuan memegang posisi kepemimpinan lintas sektor, menjadikan Indonesia sebagai 1 dari 6 negara dunia dimana perempuan memegang peran kepemimpinan.

Namun, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih kurang, karena saat ini hanya 54% perempuan yang bekerja, dibandingkan dengan 83,9% laki-laki yang bekerja saat ini.Indonesia mempertahankan posisi ke-85 (dari 153) pada Indeks Kesenjangan Gender Global, meskipun skornya sedikit meningkat (70,0, naik 1 poin persentase).

Indonesia sendiri telah menutup 70% dari kesenjangan gendernya.

Meski begitu, tetap masih ada peluang untuk perempuan menjadi pemimpin di dunia teknologi. 

Tak percaya? 

Florence Lai sebagai Chief Staff Vice President HP Indonesia menjadi salah satu pemimpin perempuan yang berhasil di dunia teknologi. 

Kepada PARAPUAN, Florence cerita bahwa dirinya sungguh menikmati posisinya sekarang, terlebih dia terjun langsung mengurusi karyawan dan masa depan perusahaan. 

“Tanggung jawab saya bekerja mendukung Managing Director untuk mengarahkan objektif, strategi, dan perencanaan manajemen di tiga pasar,” ujarnya kepada PARAPUAN.

Selama menjadi pemimpin, Florence merasa perusahaan perempuan bisa berkembang dan sukses seperti dirinya asalkan perusahaan memang menjunjung tinggi adanya keberagaman dan kesetaraan gender. 

Baca Juga: Rasa Insecure Perempuan Mendorong Shandy Purnamasari untuk Membuat Produk Perawatan MS Glow

Tak hanya itu, Florence juga mengakui selama pengalaman kerjanya, support systems juga membantunya untuk sukses. 

Oleh sebab itu, Florence juga ikut terjun langsung ke program pemberdayaan perempuan di HP seperti Women In Leadership Lab (WILL), Women Impact Networks (WIN), dan Working Moms.

Semua program ini untuk mendorong dan memberikan perempuan untuk mengisi beragam posisi di perusahaan asal Amerika tersebut.

Tak hanya di negara maju saja, cabang HP di Indonesia juga sudah memberikan peluang tersebut untuk perempuan.

Baca Juga: Berdayakan Pengungsi Perempuan, Tamara Gondo Memulai Bisnis Fashion Liberty Society

Dengan pengalaman 26 tahun lebih bekerja di bidang STEM, Florence merasa bahwa kesetaragaan gender dalam perusahaan memang diperlukan untuk menghasilkan inovasi yang baik.

“Saya merasa adanya keberagaman gender dalam level eksekutif dan beragam posisi bisa menghasilkan banyak inovasi. Dan, ini juga yang saya lakukan di tempat bekerja,” ujar Florence.

Semasa Florence bekerja, dia merasakan bahwa saat perempuan mendapatkan dukungan yang baik di tempat perusahaan, perempuan bisa mengembangkan potensi lebih baik.

“Saya punya anak empat, tapi saya tidak pernah merasa kesulitan selama bekerja di sini. Saya merasa semua mendukung saya, terutama kami juga punya program  Working moms,” ujar perempuan yang hobi bercocok tanam.

Perempuan lulusan National University of Singapore juga mengungkapkan bahwa adanya dukungan yang baik dari sebuah perusahaan, bisa membuat perempuan juga memiliki support sytems untuk membuatnya tumbuh."Saya merasa selama bekerja tidak pernah mendapatkan diskriminasi," ujarnya. 

Terutama di bidang kepemimpinan di dunia STEM. Selama menjadi pemimpin, Florence merasa bahwa pekerja perempuan membutuhkan support sytems yang baik, terutama ketika dia sudah menjadi pemimpin.(*)