WFH Berisiko Ciptakan Budaya Kerja Tidak Sehat? Begini Kata Studi

Arintha Widya - Sabtu, 17 April 2021
Posisi duduk saat WFH jika salah bisa bikin cepat pegal.
Posisi duduk saat WFH jika salah bisa bikin cepat pegal. ake1150sb

Parapuan.co - Pandemi Covid-19 setahun terakhir mengubah berbagai tatanan hidup dalam masyarakat di seluruh dunia.

Yang paling sederhana, kini setiap orang harus mengenakan masker ketika keluar rumah dan wajib menghindari kerumunan.

Di dunia kerja, sejumlah perusahaan kemudian menetapkan sistem work from home (WFH) atau bekerja dari rumah.

Sisi positifnya, WFH tidak mengharuskan para karyawan untuk masuk pukul 07.00 atau 08.00 pagi dan pulang pukul 16.00 atau 17.00 sore.

Baca Juga: Beberapa Kantor Tidak Lagi WFH, Ini Tips Kembali Percaya Diri Saat WFO

WFH diklaim memberikan waktu fleksibel dan bebas kepada karyawan karena bisa menentukan sendiri jam kerja mereka dari rumah.

Namun, benarkah bahwa bekerja dari rumah benar-benar memberikan kebebasan terhadap karyawan?

Atau, mungkinkah WFH justru membuat karyawan terlalu santai sedangkan perusahaan jadi terlalu bebas memberi instruksi, sehingga malah tercipta sistem kerja yang tidak sehat?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh sebuah studi yang dilakukan King's College London sebagaimana melansir Business Standart.

Bekerja Jarak Jauh Tanpa Fleksibilitas

Studi dari King's College London menyebut, pengusaha berisiko menciptakan budaya kerja yang tidak sehat.

Itu sangat mungkin terjadi di dunia kerja pasca-pandemi, ketika pengusaha mengaplikasikan pekerjaan jarak jauh kepada karyawannya tanpa fleksibilitas sejati.

Baca Juga: 'A Right to Disconnect', Hak yang Bisa Membatasi Hubungan Pekerjaan dan Personal Selama WFH

Pasalnya, seringkali fleksibilitas yang ditawarkan cuma sebatas ilusi, lantaran pengusaha tetap menuntut karyawannya bekerja dalam waktu lama dan harus responsif setiap saat.

Setidaknya, itulah yang diungkap oleh Global Institute for Woomen's Leadership dan firma penasihat karyawan Karian and Box dalam sebuah penelitian.

Memperbaiki Pengaturan Jam Kerja

Business Standart mencatat, dari 254 organisasi yang disurvei oleh King's College, 90 persen mengatakan mereka telah meningkatkan dukungan untuk bekerja di rumah.

Lalu, sekitar tiga perempatnya melakukan lebih banyak tindakan untuk membantu staf mereka bekerja secara fleksibel.

Mereka menyiapkan sistem kerja bertarget dengan bantuan, mengingat sebagian besar karyawan yang bekerja dari rumah justru memiliki beban kerja ganda.

Terutama bagi karyawan yang mengurus anak dan membereskan pekerjaan rumah, ketika mestinya mereka berada di jam kerja selama WFH.

Baca Juga: Bosan WFH? Cobalah 3 Saran Ahli Feng Shui Ini Agar Fokus Saat Bekerja Dari Rumah

Sistem kerja yang disarankan adalah, penerapan jam kerja di waktu yang sudah ditetapkan, hari kerja terkompresi (libur di hari kelima), serta melakukan pembagian pekerjaan. 

"Ini adalah momen untuk mendesain ulang pekerjaan untuk mengatasi berbagai masalah yang menghambat kemajuan," kata Rosie Campbell, direktur Global Institute for Woomen's Leadership.

"Pengusaha harus fokus pada apa yang dihasilkan, bukan kehadiran fisik, dalam evaluasi kinerja," imbuhnya.

"(Mereka perlu) merangkul kesempatan untuk mempertimbangkan bagaimana dan di mana pekerjaan dilakukan untuk menghasilkan hasil terbaik," tutup Rosie. (*)

 

Sumber: Business Standard
Penulis:
Editor: Maharani Kusuma Daruwati