Yuk, Kenali Toxic Positivity Dan Bahayanya Bagi Kesehatan Mental

Aulia Firafiroh - Kamis, 8 April 2021
Toxic Positivity
Toxic Positivity

Parapuan.co - Kawan Puan, pernahkah kamu mendengar istilah toxic positivity?

Istilah ini mulai populer saat pandemi muncul.

Lalu apa pengertian toxic positivity itu sendiri?

Menurut thepsychologygroup.com, toxic positivity adalah generalisasi secara berlebihan dan tidak efektif perasaan bahagia atau optimis di setiap situasi.

Toxic positivity dapat menyebabkan penyangkalan, pengabaian dan tidak memberikan validasi terhadap pengalaman emosional manusia yang otentik.

Ketika mendapatkan perlakuan atau tanggapan yang cenderung toxic positivity, kamu akan melakukan penyangkalan dan pengabaian atas emosi negatif yang kamu rasakan.

Baca juga: Cobalah! Ini 5 Cara Mudah Untuk Menghindari Toxic Positivity

Sebagai contoh, Kawan Puan dikeluarkan dari pekerjaan karena pengurangan karyawan akibat pandemi.

Kemudian, salah satu teman kamu berusaha untuk membuat perasaan kamu lebih baik dengan berkata, “Sudah bersyukur. Masih ada yang nasibnya lebih parah dari kamu kok.”

Ucapan tersebut adalah salah satu bentuk toxic positivity yang sering terjadi di dunia nyata.

Faktanya, sebagai manusia, kita tidak bisa dipaksa untuk terus menerus berpikir positif setiap saat.

Ada beberapa alasan mengapa toxic positivity sangat berbahaya khususnya bagi orang yang memiliki masalah kesehatan mental.

Baca juga: Dinilai Remehkan Kesehatan Mental, Luna Maya Buka Suara dan Minta Maaf

 Berikut lima alasan mengapa toxic positivity berbahaya:

 

 

1) Merasa bersalah atas perasaan yang dirasakan

Ketika seseorang mengalami kesulitan, yang perlu kawan puan lakukan ialah membantunya mengakui emosi yang dirasakannya. Bukannya malah memberikan petuah positif yang memunculkan perasaan bahwa perasaan yang ia rasakan salah.

2) Anti dengan perasaan negatif

Kawan Puan, merasakan emosi negatif bukanlah hal yang salah.

Semua manusia pernah merasakan emosi negatif dan setiap perasaan negatif yang ada harusnya diakui.

Karena setiap emosi negatif yang manusia rasakan adalah valid.

Baca juga: Bukan Hal Remeh, Psikolog Ungkap Dampak Negatif KDRT Terhadap Korban

3) Membuat orang mengabaikan emosi yang ia rasakan sesungguhnya

Saat seseorang mendapatkan sebuah saran yang cenderung toxic positivity, ia cenderung akan menutupi emosi yang dirasakannya.

Orang tersebut akan mengabaikan apa yang ia rasakan dan merasa “baik-baik saja”

Padahal sebenarnya ia tidak baik-baik saja.

Jika emosi negatif tersebut tidak dilepaskan, bisa jadi akan meledak sewaktu-waktu.

4) Kerap membandingkan diri sendiri dengan orang lain

Pengabaian atas setiap empsi negative yang kamu rasakan, akan membuat kamu merasa tidak cukup dengan diri sendiri.

Kamu akan terus membandingkan diri sendiri dengan orang lain tanpa memperhatikan situasi sebenarnya yang dialami diri sendiri.

Baca juga: Ciamik! Ini Inspirasi Kebaya Artis untuk Membuatmu Tampil Elegan dan Berkelas

5) Mengikis rasa empati

Menanamkan pemikiran bahwa semua harus dilihat dengan kacamata optimis dan positif, dapat menghilangkan kepekaan diri atas perasaan negatif yang dirasakan orang lain.

Hal ini kemudian membuat kamu kehilangan kepedulian atas perasaan orang lain.

Perlu diingat, segala hal yang berlebihan tidak baik termasuk berpikiran positif yang berlebihan.

Penulis:
Editor: Aulia Firafiroh

Simak 4 Manfaat Mendengarkan Musik Rock bagi Kesehatan Mental