Setahun Pandemi, Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh Masih Berlanjut hingga Dampak Pendidikan Masa Depan

Maharani Kusuma Daruwati - Senin, 15 Maret 2021
Dok. Save the Children
Dok. Save the Children ULET IFANSASTI

Sayangnya, banyak anak di Indonesia yang tidak mampu belajar daring.

Hal ini menimbulkan beberapa implikasi terhadap pendidikan di Indonesia, seperti menurunnya motivasi belajar dan kembali ke sekolah, menurunnya kemampuan literasi dan numerasi, dan ancaman putus sekolah karena anak harus bekerja dan atau menikah dini.

Lebih jauh lagi, anak akan kehilangan pembelajaran yang kemudian dapat mempengaruhi perolehan kesempatan mengakses pendidikan tinggi dan pekerjaan, serta menghasilkan pendapatan di masa depan.

CEO Save the Children Indonesia, Selina Patta Sumbung menjelaskan bahwa Studi Global Save The Children Juli 2020 di 46 Negara khususnya Indonesia, mengindikasikan terdapat 8 dari 10 anak tidak dapat mengakses bahan pembelajaran yang memadai.

Sedangkan 4 dari 10 anak kesulitan memahami pekerjaan rumah, dan fakta bahwa minimal 1% anak tidak belajar apapun selama PJJ.

"Tahun 2021 ini harus menjadi tahun yang memastikan anak tetap mendapatkan akses belajar yang berkualitas, karena Pendidikan merupakan Hak Anak yang harus dipenuhi dan juga kunci membangun generasi Indonesia," ungkap Selina Patta Sumbung.

Baca Juga: WNA Masuk Pesawat Tanpa Masker, Warganet Banyak Sindir Keistimewaan Kulit Putih, Apa Itu?

Penerapan PJJ juga bukan lah hal yang mudah, beberapa tantangan dihadapi oleh Anak, Guru, dan Orangtua.

Seperti terbatasnya materi, alat, akses terhadap pembelajaran dan pengajaran, infrastruktur yang tidak merata (akses internet, jalan, bahkan listrik), keterampilan guru untuk melakukan PJJ, kapasitas orangtua mendampingi anak belajar, serta kemampuan anak beradaptasi dan belajar mandiri.

Salah seorang siswa dari Nusa Tenggara Timur, NTT, pun mengutarakan keluhannya akan pelaksanaan PJJ itu.

“Teman–teman saya yang tinggal di desa, susah untuk mendapat sinyal. Dan banyak dari mereka juga yang tidak punya handphone. Jadi kadang sama sekali tidak belajar atau susah dapat informasi dari ibu guru padahal mereka sangat ingin belajar," ujar Stella, 15 tahun dari Nusa Tenggara Timur, perwakilan Children & Youth Advisory Network (CYAN) Save the Children Indonesia.

Selain itu, tantangan terbesar juga adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman untuk anak.