Kesuksesan Terasa Hanya Kebetulan Saja, Apa Itu Impostor Syndrome?

Salsabila Putri Pertiwi - Kamis, 25 Februari 2021
ilustrasi kesehatan mental
ilustrasi kesehatan mental foto: freepik.com

Parapuan.co - Pada titik kehidupan yang rendah, kita mungkin pernah mempertanyakan segala hal yang telah kita capai selama ini.

Kadang kita merasa segala prestasi dan keberhasilan yang telah diraih sekadar karena keberuntungan, bukan berkat hasil usaha dan kemampuan kita sendiri.

Bukan hanya itu, kita juga terus meyakinkan diri sendiri bahwa diri kita enggak pernah cukup dan kerap ragu terhadap kemampuan diri sendiri.

Kalau Kawan Puan pernah mengalami situasi tersebut, inilah yang dikenal sebagai fenomena penipu atau impostor syndrome.

Impostor Syndrome

Impostor syndrome sering juga disebut sebagai ‘fenomena penipu’ oleh psikolog.

Menurut artikel ulasan yang diterbitkan dalam International Journal of Behavioral Science, diperkirakan 70% orang pernah mengalami perasaan ini dalam beberapa titik hidup mereka.

Baca Juga: Hidup Tenang dengan Melepas Benci Pada Diri Sendiri, Ini 5 Tipsnya!

Impostor syndrome membuat kita merasa semua hal yang terjadi dalam hidup kita, termasuk keberhasilan yang kita raih, hanya merupakan faktor keberuntungan alih-alih berkat bakat dan kualifikasi pribadi kita sendiri.

Pada tahap lebih lanjut, sindrom ini dapat memengaruhi semua jenis orang dari semua bagian kehidupan.

Penyebab

Meski sampai sekarang belum ada jawaban pasti mengenai penyebab timbulnya impostor syndrome, para ahli percaya hal tersebut ada hubungannya dengan ciri-ciri kepribadian seperti kecemasan atau neurotisme.

Sedangkan beberapa ahli menduga sindrom ini berfokus pada keluarga atau penyebab perilaku.

Misalnya, kenangan buruk di masa kecil yang bikin kita berpikir bahwa nilai kita enggak pernah cukup baik untuk orang tua, atau bahwa kita enggak lebih unggul dibanding saudara kita di suatu bidang tertentu.

Pada akhirnya, muncul pemikiran bahwa untuk dapat dicintai dan diapresiasi oleh orang lain, kita harus meraih sesuatu atau mencapai target tertentu sesuai keinginan orang lain.

Ciri-Ciri Impostor Syndrome

Tanda-tanda impostor syndrome bisa dilihat ketika kita sudah mulai meragukan diri sendiri serta enggak mampu menilai keterampilan kita secara realistis.

Orang dengan impostor syndrome juga kerap menghubungkan kesuksesan mereka dengan faktor eksternal, sehingga kita justru enggak menghargai kinerja kita sendiri.

Baca Juga: Mudah dan Cepat! Ini 5 Makanan yang Enak Dimasak dengan Air Fryer

Ada pula ketakutan bahwa kita enggak akan memenuhi ekspektasi orang lain, berlawanan dengan kenyataan bahwa kita justru sangat banyak memiliki pencapaian dan prestasi; sehingga perasaan negatif itu malah menyabotase kesuksesan kita sendiri.

Selain itu, kita mungkin juga cenderung menetapkan tujuan yang sangat menantang dan merasa kecewa saat gagal mencapainya, hanya karena tujuan tersebut kita tetapkan berdasarkan asumsi bahwa orang lain bakal mengapresiasinya.

Lebih Rentan Dialami Perempuan?

Psikolog Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes jadi peneliti pertama yang mengidentifikasi sindrom penipu ini pada 1978.

Menurut mereka dalam makalah penelitian, perempuan lebih berisiko terkena sindrom ini.

Namun dalam perkembangannya, masalah psikologis ini juga dialami oleh laki-laki.

Jadi sebetulnya, impostor syndrome dapat terjadi pada siapa saja yang enggak mampu menginternalisasi dan mengakui keberhasilan dan kesuksesan yang didapatkannya.

Tentunya kita lebih baik enggak melakukan diagnosa mandiri atas kondisi mental kita, tapi jika kita merasa mengalami sejumlah tanda impostor syndrome, coba lepaskan diri dari ekspektasi orang-orang dan lakukan hal-hal yang memang sesuai dengan kapasitas kita seiring berjalannya waktu ya, Kawan Puan.

(*)

Baca Juga: Jadi Lebih Kuat! Inilah Keuntungan Jika Berani Keluar dari Zona Nyaman