Parapuan.co - Banyak orang mengira kesuksesan hanya ditentukan oleh kompetensi, etos kerja, dan pengalaman. Namun, bagi perempuan, kenyataannya tidak sesederhana itu. Penampilan, gaya berpakaian, hingga riasan wajah sering kali ikut menjadi “mata uang” tak kasatmata yang memengaruhi gaji maupun peluang karier. Fenomena ini dikenal dengan istilah beauty premium.
Seorang penulis dan jurnalis lepas berbagi pengalamannya seperti dikutip dari Your Tango. Ia berhasil membangun karier mapan sebagai pekerja mandiri dengan penghasilan enam digit per tahun, memiliki rumah, dan bebas mengatur jadwal kerja. Namun, ada rahasia kecil yang ia simpan: sejak bekerja penuh jarak jauh pada 2016, ia hampir tidak pernah menyalakan kamera saat rapat virtual. Dengan cara itu, klien dan rekan kerja menilai dirinya hanya dari kualitas pekerjaan, bukan dari penampilan luar.
Keputusan itu bukan tanpa alasan. Sebelum menjadi penulis profesional, ia pernah bekerja sebagai pelayan di sebuah sports bar. Di sana, tubuh langsing, riasan tebal, dan pakaian ketat bukan hanya tuntutan, tapi juga penentu besar kecilnya tip. Bahkan, pelecehan dari atasan dianggap risiko yang harus diterima. Pengalaman pahit itu membuatnya bertekad: ia tak mau lagi dinilai hanya dari wajah atau tubuhnya, melainkan dari kemampuan dan kecerdasannya.
Fakta Riset: Perempuan dengan Riasan Lebih 'Bernilai'
Sayangnya, bias terhadap penampilan masih nyata di dunia profesional. Penelitian menunjukkan perempuan yang memakai makeup berpotensi mendapatkan gaji 20% lebih tinggi dibanding mereka yang tampil polos.
Sebuah studi pada 2023 terhadap lulusan MBA menemukan bahwa lulusan yang dianggap menarik secara fisik berpeluang lebih besar menduduki posisi tinggi dan memiliki penghasilan rata-rata US$5.528 lebih besar per tahun dibanding mereka yang dinilai “biasa saja”.
Lebih jauh lagi, penelitian di Journal of Economic Psychology mengungkap, “Kami menemukan adanya ‘premi murni makeup’ yang dimediasi oleh gender. Perempuan dengan riasan menerima penghargaan finansial lebih tinggi dibanding tanpa riasan, khususnya ketika dinilai oleh laki-laki.”
Di permukaan, kenaikan gaji karena riasan terdengar menguntungkan. Namun, jika ditelaah lebih dalam, sebenarnya ini bisa dianggap sebagai “pajak kecantikan”. Mengapa? Karena perempuan sejak awal sudah menerima gaji sekitar 20% lebih rendah daripada laki-laki untuk pekerjaan yang sama.
Lalu, untuk “mengejar ketinggalan”, mereka harus mengeluarkan biaya besar untuk makeup, perawatan rambut, hingga pakaian. Diperkirakan, seorang perempuan Amerika rata-rata menghabiskan hampir Rp4 miliar sepanjang hidupnya hanya untuk penampilan. Dengan kata lain, tambahan 20% gaji justru habis untuk membayar ongkos agar bisa dianggap layak.
Baca Juga: Perempuan Bekerja Wajib Tahu Kunci Tingkatkan Karier Lewat Aturan 10-10-10
Menyingkirkan Penampilan dari Persamaan
Bagi sebagian perempuan, bekerja jarak jauh menjadi strategi untuk menghapus standar ganda ini. Dengan kamera dimatikan dan penampilan tak lagi jadi sorotan, reputasi dibangun sepenuhnya lewat kualitas kerja.
Namun, tidak semua orang memiliki privilese itu. Banyak perempuan tetap harus hadir tatap muka atau tampil di layar. Jika demikian, ada dua pilihan: menggunakan “premi makeup” secara strategis (dengan cara hemat, misalnya memakai produk drugstore), atau melawan dengan taktik lain yang lebih berkelanjutan untuk meningkatkan penghasilan.
Strategi Lain untuk Mendapatkan Kenaikan Gaji
- Berani Negosiasi
Banyak penelitian menunjukkan perempuan lebih jarang bernegosiasi gaji dibanding laki-laki. Padahal, sikap percaya diri bisa membuat nilai kita lebih dihargai. Jangan bertanya, “bolehkah saya digaji sekian?”, tapi nyatakan, “ini tarif saya.”
- Berdasarkan Data, Bukan Perasaan
Alih-alih takut dicap “agresif”, bawalah bukti konkret: kisaran gaji di industri, perbandingan dengan rekan sejawat, atau standar profesi. Fakta akan lebih sulit dibantah.
- Job-Hopping
Loyal pada satu perusahaan bukan lagi jaminan. Studi menunjukkan, pindah kerja setiap beberapa tahun bisa mendatangkan kenaikan gaji hingga 35% dalam tiga tahun, jauh lebih tinggi dibanding kenaikan tahunan yang biasanya hanya 2,5%.
- Bangun Jaringan Sesama Perempuan
Penelitian Harvard Business Review menemukan, perempuan yang memiliki lingkaran pertemanan profesional dengan sesama perempuan sukses lebih berpeluang mendapatkan posisi kepemimpinan dan gaji lebih tinggi. Dukungan sesama perempuan terbukti memperkuat posisi dalam dunia kerja.
Menutup dengan Refleksi
Baca Juga: Tingkatkan Networking, Ini 5 Manfaat Work Life Balance bagi Karyawan
Fenomena beauty premium memperlihatkan ironi: di satu sisi, penampilan bisa menjadi jalan pintas menuju penghasilan lebih tinggi, namun di sisi lain, itu menambah beban finansial sekaligus tekanan sosial bagi perempuan.
Karier seharusnya ditentukan oleh kemampuan, bukan eyeliner atau lipstik. Karena itu, selain memanfaatkan strategi negosiasi, data, mobilitas kerja, dan jaringan, perempuan juga perlu terus mendorong perubahan budaya kerja agar nilai profesional tidak lagi dikaitkan dengan standar kecantikan yang sempit.
Pada akhirnya, yang dibutuhkan bukanlah perempuan yang selalu tampil sempurna, melainkan perempuan yang percaya diri, kompeten, dan diberi ruang untuk berkembang tanpa harus membayar “pajak kecantikan” terlebih dahulu.
(*)